Saya Fisioterapis



Pages

cari-cari

FISIOTERAPI PADA DOWN SYNDROME

Minggu, 29 Agustus 2010


Perkembangan Motorik Kasar (Gross Motor Development)
Perkembangan motorik kasar adalah tahap awal dalam perkembangan setiap anak. Dalam Down Syndrome, fisioterapi menggunakan tahap perkembangan motorik ini untuk mencapai manfaat yang maksimal dan menguntungkan untuk tahap perkembangan yang berkelanjutan. Tujuan dari fisioterapi disini adalah membantu anak mencapai perkembangan terpenting secara maksimal bagi sang anak, yang berarti bukan untuk menyembuhkan penyakit down syndromenya. Dan ini harus dikomunikasikan sejak dari awal antara fisioterapis dengan pengasuhnya supaya tujuan terapi tercapai.
Tujuan Fisioterapi
Fisioterapi pada Down Syndrom adalah membantu anak belajar untuk menggerakkan tubuhnya dengan cara/gerakan yang tepat (appropriate ways). Misalkan saja hypotonia pada anak dengan Down Syndrome dapat menyebabkan pasien berjalan dengan cara yang salah yang dapat mengganggu posturnya, hal ini disebut sebagai kompensasi. Tanpa fisioterapi sebagian banyak anak dengan Down Syndrome menyesuaikan gerakannya untuk mengkompensasi otot lemah yang dimilikinya, sehingga selanjutnya akan timbul nyeri atau salah postur. Jadi tujuan fisioterapi adalah untuk mengajarkan pada anak gerakan fisik yang tepat. Untuk itu diperlukan seorang fisioterapis yang ahli dan berpengetahuan dalam masalah yang sering terjadi pada anak Down syndrome seperti low muscle tone, loose joint dan perbedaan yang terjadi pada otot-tulangnya. Intensitas Terapi
Biasanya fisioterapi akan menjadwalkan anak dengan Down Syndrome seminggu sekali untuk terapi, tetapi terlebih dahulu fisioterapi melakukan pemeriksaan dan menyesuaikan dengan kebutuhan yang dibutuhkan anak dlm seminggu. Disini peran orangtua sangat diperlukan karena merekalah nanti yang paling berperan dalam melakukan latihan dirumah selepas diberikannya terapi. Untuk itu sangat dianjurkan untuk orangtua atau pengasuh mendampingi anak selama sesi terapi agar mereka mengetahui apa-apa yg harus dilakukan dirumah.

Juvenile Rheumatoid Arthritis


Dari WebMD



Pedahuluan :

Juvenile rheumatoid arthritis (JRA) adalah arthritis (radang sendi) yang menyebabkan peradangan dan kekakuan sendi selama lebih dari enam minggu pada anak berusia 16 atau dibawahnya. Penyakit ini menghinggapi lebih dari 50.000 anak di Amerika Serikat. Peradangan yang terjadi menyebabkan kemerahan, bengkak, peningkatan suhu (hangat), dan soreness di
sendi, meskipun demikian banyak anak-anak dengan JRA ini tidak mengeluh nyeri pada sendinya. Setiap sendi dapat terpengaruh oleh peradangan ini, dan peradangan ini dapat membatasi gerakan pada sendi yang terkena.
JRA adalah gangguan autoimun, yang artinya bahwa tubuh keliru mengidentifikasi beberapa sel sendiri dan jaringan sebagai zat asing yang masuk dalam tubuh. Sistem kekebalan tubuh kita berfungsi untuk melawan zat berbahaya yang masuk pada tubuh seperti virus dan bakteri tetapi pada penderita JRA ini autoimun menyerang sel-sel sehat dan jaringan pada tubuh sehingga timbulah peradangan yang ditandai dengan kemerahan, panas, nyeri, dan pembengkakan.
Para peneliti masih belum tahu persis mengapa sistem kekebalan tubuh berjalan miring pada anak dengan gejala JRA, tetapi ada dua pendapat atau dugaan mengapa hal itu terjadi, yang pertama karena faktor genetic anak yang memcu untuk memproteksi JRA ini dan yang kedua adalah faktor lingkungan seperti virus yang memicu perkembangan JRA ini pada tubuh.
JRA dapat menyebabkan demam dan anemia, dan dapat juga mempengaruhi jantung, paru-paru, mata, dan sistem saraf. Episode rematik dapat berlangsung selama beberapa minggu dan memungkinkan kambuh kembali, dan perlu diingat serangan yang berulang pada penyakit ini tidak separah yang terjadi pada serangan awal. Untuk perawatannya disesuaikan dengan penyakit reumathiid arthritis yang terjadi pada orang dewasa yaitu dengan beberapa latihan (gerakan-gerakan) dan olahraga untuk memepertahankan gerakan dan keaktifan tubuh. Obat-obatan yang beredar diapotek atau pasaran ditujukan untuk arthris yang terjadi pada orang dewasa sehingga untuk JRA ini tidak disarankan menggunakan obat-obatan. Sangat jarang sekali anak-anak dengan JRA mengalami kerusakan permanen atau kecacatan dan sebagian besar anak dengan JRA ini sembuh dari penyakitnya tanpa mengalami kecacatan yang permanen.
Klasifikasi JRA
Dokter mengklasifikasikan tiga jenis JRA, berdasarkan jumlah sendi yang terlibat, gejala, dan adanya antibodi tertentu (protein khusus yang dibuat oleh sistem kekebalan tubuh) dalam darah. Klasifikasi ini membantu menentukan bagaimana penyakit dan tingkat progresitasnya.

a. Pauciarticular
Pauciarticular artinya ada empat atau lebih sendi yang terlibat atau terkena peradangan ini. Artritis ini adalah bentuk paling umum JRA; sekitar setengah dari semua anak-anak dengan JRA memiliki tipe ini. Ini biasanya terjadi pada sendi yang besar, seperti lutut. Gadis di bawah usia 8 tahun paling sering terkena JRA ini. Beberapa anak dengan pauciarticular JRA memiliki abnormal protein dalam darah yang disebut antinuclear antibodi (ANAs).
Penyakit mata sering terjadi 20% hingga 30% dari anak-anak dengan pauciarticular JRA dan lebih sering terjadi lagi pada anak-anak dengan abnormal ANAs. Pemeriksaan rutin ke dokter opthalmologi(dokter spesialis penyakit mata) diperlukan untuk mengobati masalah mata yang serius seperti iritis (radang iris atau bagian yang berwarna dari mata) atau uveitis (peradangan mata yang terdalam , atau uvea).
b. PolyarticularSekitar 30% dari semua anak-anak dengan JRA mempunyai penyakit polyarticular, di mana lima atau lebih sendi yang terpengaruh. Sendi kecil, seperti yang di tangan dan dikaki sering terkena penyakit ini tetapi terkadang juga terjadi pada sendi besar. JRA Polyarticular yang tersering adalah simetris (dimana sendi yang terkena sering terjadi pada kedua tubuh yang sama). Beberapa anak dengan penyakit polyarticular memiliki jenis antibodi khusus dalam darah yang disebut rheumatoid factor. Anak-anak yang terkena penyakit ini merasa gejala yang terjadi lebih parah dan dokter mengidentifikasinya dengan gejala rheumatoid arthritis orang dewasa.

c. Sistemik
Seiring dengan pembengkakan sendi, bentuk sistemik JRA ditandai oleh demam dan warna merah muda, dan mungkin juga mempengaruhi organ seperti jantung, hati, limpa, dan kelenjar getah bening. Bentuk sistemik, kadang-kadang disebut Still's desease, mempengaruhi 20% dari anak-anak dengan JRA. Hampir semua anak dengan jenis JRA inibila dites hasilnya negatif untuk kedua rheumatoid factor dan ANA. Sejumlah kecil anak-anak dengan penyakit sistemik ini akan berkembang menjadi arthritis nanti dan prosesnya berkembang hingga dewasa.

NYERI PUNGGUNG BAWAH (Karena Kelemahan Otot Punggung)




Apakah Kelemahan Otot Punggung Itu?
Kelemahan otot punggung terjadi karena otot-otot pada perut dan punggung terlalu lemah sehingga tidak mampu menjalankan kewajibannya dalam menyangga tulang belakang, akibatnya terjadi nyeri pada punggung bawah. Jeleknya postur juga merupakan faktor yang menyebabkan strain pada otot punggung bawah.
Gejala yang timbul adalah :
1. Nyeri, pegal dan otot kaku pada punggung bawah terutama saat anda menghabiskan waktu spesial anda dengan berdiri lama.
2. Nyeri pada punggung bawah setelah aktivitas angkat-angkut
Apa Yang Dapat Anda Lakukan?
1. Meningkatkan latihan fleksibilitas dan mengikuti latihan penguatan punggung
2. Memperbaiki postur dan gaya hidup yang mampu menimbulkan nyeri punggung

Peran Fisioterapi1. Menyarankan agar mengikuti program penguatan dan program rehabilitasi/pemulihan punggung
2. Mengaplikasikan hot pack dan TENS
3. Edukasi untuk teknik angkat-angkut yang benar, menjaga postur dan bagaimana meminimalisasikan penggunaan otot punggung yang berlebihan

EXAMINATION OF GAIT




Ekstremitas bawah adalah bagian yang terpenting untuk menopang berat badan dan ambulasi dalam keseharian, untuk itu ekstremitas bawah yang normal sangat menunujang dalam efisiensi penyelenggaraan aktifitas fungsional sehari-hari. Tetapi terkadang karena proses yang abnormal terjadi pada ekstremitas bawah mengakibatkan pola jalan yang tidak benar, untuk itu diperlukan parameter pembanding yang tepat antara pola jalan yang benar dan pola jalan yang salah sehingga kita bisa menyimpulkan pada bagian mana pola jalan itu yang keliru sehingga treatment kita tepat sasaran.
Ada dua siklus pola jalan yang normal yaitu stance phase, terjadi ketika kaki berada dipermukaan tanah dan swing phase terjadi ketika kaki bergerak maju. Enam puluh persen (60%) siklus pola jalan yang normal terjadi pada stance phase sedangkan 40%nya adalah untuk swing phase. Dan setiap phase tersebut terbagi dalam beberapa komponen kecil, yaitu stance phase ( heel strike, foot flat, midstance and push-off/toe-off) sedangkan swing phase (acceleration, midswing and deceleration)
Pola jalan yang salah akan sangat terlihat pada proses stance phase karena pada proses ini bertanggung jawab dalam menunjang berat badan dan berhubungan dengan porsi yang lebih besar dibandingkan dengan swing phase sehingga tekanannyapun lebih besar dibandingkan phase yang lain.
Pemeriksaaan pola jalan dimulai segera ketika pasien masuk keruang pemeriksaan. Catatlah setiap perubahan yang terlihat ketika berjalan dan kejanggalan apa yang terjadi pada ekstremitas dan cobalah untuk menetapkan kejanggalan itu terjadi pada fase apa dan pada komponen apa?. Karena setiap komponen mempunyai ciri khas fisik tersendiri, untuk itu cobalah menentukan komponen mana yang paling terpengaruh dalam proses pola jalan tersebut. Dan proses memutuskan komponen mana yang terpengaruh ini sangat penting untuk mencari penyebab yang terjadi. Menurut inman ada beberapa hal yang harus diukur dalam pola jalan diantaranya adalah :
1. Lebar jangkauan kaki seharusnya tidak lebih dari dua atau empat inchi dari tumit ketumit. Jika anda melihat pasien berjalan dengan melebihi jangkauan diatas maka anda harus curiga adanya kejanggalan tersebut. Pasien dengan lebar jangkauan yang lebih besar dari 2-4 inchi biasanya terjadi jika mereka pusing atau gangguan otak (cerebellar problem) atau penurunan sensasi pada alas kakinya
2. Pusat gavitasi tubuh ( body’s center of gravity) berada dua inchi dari depan tulang sacrum yang kedua (S-2). Pada pola jalan yang normal oscillasi vertikal tidak lebih dari 2 inchi. Pengontrolan arah oscillasi vertical menjaga pola jalan yang halus (smooth pattern) atau normal.
3. Lutut seharusnya fleksi pada semua stance phase kecuali pada heel strike untuk menjaga pergeseran vertical dari pusat gravitasi agar tidak berlebihan. Sebagai contoh pada fase toe - off ketika ankle plantar fleksi 20 derajad menyebabkan terjadinya peningkatan pusat gravitasi tubuh dan untuk menjaga agar tubuh tetap seimbang maka lutut harus fleksi kira-kira 40 derajad.
4. Pelvis dan trunk bergerak kelateral kira-kira 1inchi ke sisi berat tubuh saat berjalan ke pusat graitasi yang keseluruhannya berada pada hip. Jika pasien mempunyai kelemahan pada gluteus medius maka dia kurang mampu mempertahankan pergerakan kelateral ini.
5. Rata-rata panjang langkah seseorang adalah 15 inchi. Karena adanya nyeri, usia yang bertambah atau patologi pada ekstremitas bawah menyebabkan penurunan langkah saat berjalan.
6. Rata-rata orang dewasa berjalan dalam setiap menitnya adalah 90-120 langkah. Dan rata-rata energy yang dikeluarkan adalah 100 calories per mile-nya.
7. Selama swing phase pelvis berotasi 40 derajad.

LGS TULANG BELAKANG

Lingkup Gerak Sendi ( LGS )
Pada tulang belakang antara tulang satu dengan tulang yang lainnya dipisahkan oleh discus intervertebralis dimana pada diskus ini tersusun oleh annulus fibrosus dan nukleus pulposus. Luas gerak sendi punggung sebagian ditentukan oleh gaya distorsi dari tahanan diskus dan sebagian oleh sudut dan ukuran dari permukaaan articular diantara prosesus. LGS punggung terbesar terjadi manakala kondisi diskus paling tebal dan permukaan sendi paling luas. Kondisi seperti diatas terjadi pada daerah lumbal bawah tepatnya diarea L-4, L-5 dan S-1 dengan demikian gerakan lebih luas terjadi pada L-5 dan S-1 daripada L-1 dan L-2. Mengingat luasnya gerakan yang dihasilkan oleh L-5 dan S-1 maka kemungkinan sendi tersebut cidera atau herniasi atau ostheoarthritis lebih besar daripada sendi lainnya.
Gerakan yang terjadi pada lumbar spine adalah fleksi, ekstensi, lateral fleksi dan rotasi.
Karena tidak ada tulang rusuk yang menahan gerakan pada daerah lumbal maka gerakan fleksi dan ekstensi dari regio ini lebih memungkinkan daripada gerakan fleksi-ekstensi pada punggung atas. Untuk alasan yang sama kemungkinan bergerak rotasipun relatif lebih besar juga.

Fleksi
Gerakan fleksi pada daerah lumbal terjadi relaksasi ligament longitudinal anterior dan penguluran ligament supraspinal, ligament interspinal, ligament flavum ligament longitudinal posterior. Gerakan fleksi dibatasi oleh ukuran dari tulang punggung kita.
Untuk mengetahui luas gerak yang terjadi pada sendi ini, suruhlah pasien agar menekuk punggungnya kedepan dengan catatan lutut harus lurus dan berusaha untuk menyentuh ujung jari kakinya. Jika pasien tidak dapat melakukannya ukurlah berapa jarak antara ujung jari tangannya dengan lantai. Gerakan fleksi pada punggung bawah tidak akan menyebabkan kyposis seperti yang terjadi pada regio leher. Pasien yang mempunyai spasme pada otot paraspinal akan menolak untuk melakukan gerakan ini.

Ekstensi
Ekstensi pada regio lumbal mengakibatkan penguluran pada ligament longitudinal anterior dan relaksasi pada ligament posterior. Otot pungung bagian belakang bertanggung jawab pada gerakan ini dan peningkatan lordosis lumbal ditahan oleh otot rectus abdominalis.
Untuk mengetes gerakan ekstensi ini dengan cara berdiri disamping pasien dan letakan tangan anda padaspina iliaca superior posterior dan jari-jari anda searah dengan garis midline tubuh pasien dan suruhlah pasien bergerak menegakkan punggungnya sejauh yang dia bisa dan berikanlah sedikit bantuan secara gentle dengan cara menambah lingkup gerakan sendi tersebut dengan tekanan.
Ukurlah gerakan tersebut dan catatlah. Spondilolistesis dapat meningkatkan nyeri selama gerakan ekstensi ini.

Lateral Fleksi
Lateral fleksi pada regio lumbal bukanlah gerakan yang murni, karena ada banyak komponen yang mendukung gerakan ini terutama komponen yang memunculkan gerakan rotasi.


Untuk mengetes gerakan ini stabilisasikan crest iliaca pasien dan suruhlah pasien menekuk pungungnya kekanan dan kekiri sejauh yang dia bisa. Catatlah seberapa besar jauhnya gerakan yang terjadi dan bandingkan dengan gerakan satunya.

Rotasi
Untuk mengetes rotasi ini berdirilah disamping pasien dan stabilisasikan pelvisnya dengan cara meletakkan satu tangan di crest iliaca dan tangan satunya berada di bahu opositenya. Lakukanlah gerakan memutar pada trunknya dan lakukan prosedur yang sama pada sisi lawannya.

PERALATAN DAN PELAYANAN FISIOTERAPI

Modalitas FisioterapiDari: Laura inverarity,D.O.

Gambaran : Fisioterapis menggunakan bermacam-macam modalitas untuk membantu merawat pasiennya. Ada beberapa modalitas fisioterapi yang dapat membantu dalam hal penguatan, relaksasi dan penyembuhan otot. Dibawah ini ada beberapa modalitas fisioterapi yang digunakan sehari-harinya ketika berpraktek.

Hot Packs: Fisioterapis membalutkan hot pack basah kemudian membalutnya lagi dengan beberapa lapis handuk kemudian meletakkannya ke daerah yang membutukan perawatan. Panas yang dihasilkan oleh hot pack mempunyai beberapa manfaat yang penting. Hot pack ini merelaksasikan otot yang kaku sehingga dampaknya jaringan otot tersebut menjadi relaks. Hot pack ini dapat menurunkan nyeri yang disebabkan oleh ketegangan atau kekakuan otot. Hot pack juga menyebabkan vasodilatasi/pelebaran pembuluh darah vena yang dapat meningkatkan sirkulasi darah pada daerah tersebut. Pasien dengan ketegangan dan kekakuan otot atau arthritis sering mendapatkan manfaat dengan penggunaan hot pack.

Cold Packs: Cold pack adalah gel beku yang digunakan fisioterapi untuk merawat daerah yang nyeri dan peradangan. Cold pack dibalutkan pada handuk yang basah dan diletakkan langsung pada daerah yang membutuhkan perawatan. Efek dingin dari cold pack disalurkan ke kulit, otot dan jaringan tubuh pasien sehingga mempunyai beberapa manfaat. Suhu yang dingin menyebabkan vasokonstriksi/penyempitan pembuluh darah vena pada area tersebut. Dan efek ini menurunkan peradangan pada daerah tersebut. Dan dengan menurunnya peradangan maka nyeri dan bengkak berkurang.


Ultrasound: Mesin ultrasound adalah modalitas fisioterapi yang pemanfaatannya dengan menggunakan gelombang suara berfrekuensi tinggi atau rendah. Gelombang suara ini dasalurkan di sekitar jaringan dan pembuluh darah, gelombang suara tersebut menembus ke otot sehingga otot menjadi hangat dan otot relaks, oleh karena itu gelombang ultrasound ini digunakan untuk perawatan otot yang mengalami ketegangan dan kekakuan. Efek dari pemanasan ini juga berpengaruh pada pelebaran pembuluh darah dan meningkatkan sirkulasi darah sehingga membantu prose penyembuhan. Fisioterapis juga dapat mengatur frekuensi dari gelombang ultrasound sehingga bisa dimanfaatkan untuk mengurangi peradangan.

TENS: Tens (transcutaneus electrical nerve stimulation), alat ini dioperasikan dengan baterei kecil dan menggunakan transmisi listrik dan bermanfaat menurunkan nyeri. Elektroda di letakkan didaerah yang bersangkutan yang mengalami nyeri. Mesin dihidupkan dan arus listrik disalurkan lewat elektroda. Perasaan geli terasa dibawah kulit dan otot. Sinyal ini berfungsi menggangu sinyal nyeri. Sinyal dari tens ini mempengaruhi syaraf-syaraf pada daerah yang diaplikasikan tens dan memutus sinyal nyeri sehingga pasien merasakan nyerinya berkurang

Electrical Stimulasi: Electrical stimulasi menggunakan arus listrik yang menyebabkan satu atau kelompok otot tertentu berkontraksi. Dengan meletakkan elektroda pada beberapa daerah dikulit tertentu fisioterapi dapat mempengaruhi serabut otot untuk berkontraksi. Kontraksi otot dengan menggunakan electrical stimulasi ini dapat meningkatkan kekuatan otot. Fisioterapi dapat merubah susunan arus untuk arus yang kuat atau arus lemah dalam menggontraksikan otot. Selama proses penguatan otot, terjadilah kontraksi otot yang meningkatkan asupan darah ke daerah yang diberikan arus sehingga meningkatkan proses penyembuhan.

Klasifikasi Fisioterapi Berdasarkan Bidangnya

Orthopedic
Fisioterapis dalam bidang ini berkompeten terhadap diagnose orthopedik, penanganan kasus dan perawatan bila terjadi gangguan dan cidera pada sistem musculoskeletal (otot dan tulang) serta pemulihan pasien setelah operasi orhtopedik. Fisioterapi orthopedik ini sering kita jumpai di klinik ataupun rumah sakit dan banyak fisioterapis yang membuka praktek kerja pada bidang ini. Fisioterapis orthopedik adalah pelatih dalam merawat pasien setelah operasi persendian, cidera olahraga akut, arthritis dan amputasi ( kecil pada bagian anggota tubuh). Mobilisasi persendian, latihan penguatan, hot/cold pack dan elektrikal stimulasi adalah peralatan yang sering digunakan untuk mempercepat proses pemulihan dalam target orthopedik. Untuk itulah bila anda mengalami gangguan yang terkait pada otot, tulang, ligament atau tendon anda, anda akan mendapatkan keuntungan dari pemeriksaan yang dilakukan oleh fisioterapis spesialisasi ortopedik.
Geriatric
Fisioterapi pada bidang geriatric mencakup jankauan yang cukup luas terhadap kasus-kasus yang berkaitan dengan lanjut usia bukan berarti kita melupakan penanganan terhadap generasi muda tetapi fisioterapi geriatric memfokuskan pada orang lanjut usia. Karena ada banyak kondisi ataupun masalah yang terkait dengan orang yang bertambah umurnya menjadi tua termasuk didalamnya masalah yang tidak ada batasannya seperti : arthritis, osteoporosis, cancer, penyakit alzheimer’s, penggantian sendi lutut atau hip (TKR/THR), gangguan keseimbangan, incontinence bladder/bowel dan banyak lagi. Fisioterapi geriatric membantu membantu mengatasi masalah yang terkait diatas dan memberikan program-program khusus untuk membantu mengembalikan gerakan, mengurangi nyeri meningkatkan tingkat kesehatan dan kebugaran dan banyak lagi program-program yang ditawarkan.
Neurological
Fisioterapi neurologis harus disiplin konsentrasinya pada seorang pasien (fisioterapi privat) yang mengalami gangguan atau penyakit neurologi/syaraf . termasuk ganguan syaraf adalah penyakit alzeimer’s, cidera pada otak, cerebral palsy, multiple sclerosis, penyakit parkinson’s, cidera pada cord spinalis dan stroke. Gangguan yang paling umum dialami pasien dengan gangguan syaraf adalah kelumpuhan anggota badan, kelemahan penglihatan, gangguan keseimbangan, ketidakmampuan dalam bergerak (ambulasi/translasi) dan kehilangan fungsi tubuhnya. Fisioterapis bekerja dengan pasien ini untuk meningkatkan dan mengembalikan ketidakmampuannya terutama dalam hal aktivitas agar lebih mandiri.
Rehabilitasi Cardiovascular and Pulmonal
Fisioterapis bidang kardiovaskuler dan pulmonary (sistem pada jantung dan pernafasan) merawat beberapa kasus yang bervariasi dalam hal gangguan nafas dan jantung terhadap pasien yang menjalani operasi pada jantung atau paru-parunya. Tujuan utama dari perawatan pasien dengan gangguan tersebut adalah meningkatkan daya tahan dan pengoptimalan fungsinya. Terapi manual diperlukan pada kasus ini untuk membantu membersihkan paru dari sekresi yang dialami pasien dengan ganguan fibrotic paru. Pasien dengan gangguan jantung, post operasi coronary bypass, cronic obstructive pulmonary desease dan pulmonary fibrosis adalah sedikit contoh dari kasus yang bisa ditangani oleh fisioterapi spesialisasi cardiovaskuler dan pulmonary
Pediatric
Fisioterapi pediatric atau fisioterapi khusus anak-anak membantu mendeteksi awal pada masalah kesehatan dan menggunakan berbagai peralatan yang bervariasi untuk merawat berbagai gangguan yang dialami oleh populasi anak-anak didunia pada umumnya. Fisioterapis ini memfokuskan pada diagnosis, perawatan, penanganan bayi,anak dan remaja yang mengalami penyakit bawaan, perkembangannya,syaraf dan ototnya, tulang atau pola gangguan atau penyakit. Perawatan ini terfokus pada peningkatan keahlian gross & fine motor(gross motorik :merangkak.berguling dst../ fine motorik: menggenggam, menulis dst..), keseimbangan, koordinasi,penguatan dan daya tahannya serta kognitif dan sensorik integration. Anak-anak dengan masalah keterlambatan tumbuh kembang , cerebal palsy, spina bifida dan tortikolis/tengeng adalah sebagian kasus yang ditangani oleh fisioterapi pediatric

Cerebral Palsy

Sabtu, 28 Agustus 2010

DEFINISI

Cerebral Palsy (CP, Kelumpuhan Otak Besar) adalah suatu keadaan yang ditandai dengan buruknya pengendalian otot, kekakuan, kelumpuhan dan gangguan fungsi saraf lainnya.

CP bukan merupakan penyakit dan tidak bersifat progresif (semakin memburuk).
Pada bayi dan bayi prematur, bagian otak yang mengendalikan pergerakan otot sangat rentan terhadap cedera
CP terjadi pada 1-2 dari 1.000 bayi, tetapi 10 kali lebih sering ditemukan pada bayi prematur dan lebih sering ditemukan pada bayi yang sangat kecil.

PENYEBAB

CP bisa disebabkan oleh cedera otak yang terjadi pada saat:
- bayi masih berada dalam kandungan
- proses persalinan berlangsung
- bayi baru lahir
- anak berumur kurang dari 5 tahun.
Tetapi kebanyakkan penyebabnya tidak diketahui.

10-15% kasus terjadi akibat cedera lahir dan berkurangnya aliran darah ke otak sebelum, selama dan segera setelah bayi lahir.
Bayi prematur sangat rentan terhadap CP, kemungkinan karena pembuluh darah ke otak belum berkembang secara sempurna dan mudah mengalami perdarahan atau karena tidak dapat mengalirkan oksigen dalam jumlah yang memadai ke otak.

Cedera otak bisa disebabkan oleh:
# Kadar bilirubin yang tinggi di dalam darah (sering ditemukan pada bayi baru lahir), bisa menyebabkan kernikterus dan kerusakan otak
# Penyakit berat pada tahun pertama kehidupan bayi (misalnya ensefalitis, meningitis, sepsis, trauma dan dehidrasi berat)
# Cedera kepala karena hematom subdural
# Cedera pembuluh darah.

GEJALA

Gejala biasanya timbul sebelum anak berumur 2 tahun dan pada kasus yang berat, bisa muncul pada saat anak berumur 3 bulan.
Gejalanya bervariasi, mulai dari kejanggalan yang tidak tampak nyata sampai kekakuan yang berat, yang menyebabkan perubahan bentuk lengan dan tungkai sehingga anak harus memakai kursi roda.

CP dibagi menjadi 4 kelompok:

1. Tipe Spastik (50% dari semua kasus CP), otot-otot menjadi kaku dan lemah.
Kekakuan yang terjadi bisa berupa:
- Kuadriplegia (kedua lengan dan kedua tungkai)
- Diplegia (kedua tungkai)
- Hemiplegia (lengan dan tungkai pada satu sisi tubuh)
2. Tipe Diskinetik (Koreoatetoid, 20% dari semua kasus CP), otot lengan, tungkai dan badan secara spontan bergerak perlahan, menggeliat dan tak terkendali; tetapi bisa juga timbul gerakan yang kasar dan mengejang. Luapan emosi menyebabkan keadaan semakin memburuk, gerakan akan menghilang jika anak tidur
3. Tipe Ataksik, (10% dari semua kasus CP), terdiri dari tremor, langkah yang goyah dengan kedua tungkai terpisah jauh, gangguan koordinasi dan gerakan abnormal.
4. Tipe Campuran (20% dari semua kasus CP), merupakan gabungan dari 2 jenis diatas, yang sering ditemukan adalah gabungan dari tipe spastik dan koreoatetoid.

Gejala lain yang juga bisa ditemukan pada CP:
- Kecerdasan di bawah normal
- Keterbelakangan mental
- Kejang/epilepsi (terutama pada tipe spastik)
- Gangguan menghisap atau makan
- Pernafasan yang tidak teratur
- Gangguan perkembangan kemampuan motorik (misalnya menggapai sesuatu, duduk, berguling, merangkak, berjalan)
- Gangguan berbicara (disartria)
- Gangguan penglihatan
- Gangguan pendengaran
- Kontraktur persendian
- Gerakan menjadi terbatas.

DIAGNOSA

Pada pemeriksaan akan ditemukan tertundanya perkembangan kemampuan motorik.
Refleks infantil (misalnya menghisap dan terkejut) tetap ada meskipun seharusnya sudah menghilang.
Tremor otot atau kekakuan tampak dengan jelas, dan anak cenderung melipat lengannya ke arah samping, tungkainya bergerak seperti gunting atau gerakan abnormal lainnya.

Berbagai pemeriksaan laboratorium bisa dilakukan untuk menyingkirkan penyebab lainnya:
# MRI kepala menunjukkan adanya kelainan struktur maupun kelainan bawaan
# CT scan kepala menunjukkan adanya kelainan struktur maupun kelainan bawaan
# Pemeriksaan pendengaran (untuk menentukan status fungsi pendengaran)
# Pemeriksaan penglihatan (untuk menentukan status fungsi penglihatan)
# EEG
# Biopsi otot.

PENGOBATAN

CP tidak dapat disembuhkan dan merupakan kelainan yang berlangsung seumur hidup. Tetapi banyak hal yang dapat dilakukan agar anak bisa hidup semandiri mungkin.

Pengobatan yang dilakukan biasanya tergantung kepada gejala dan bisa berupa:
- terapi fisik
- braces (penyangga)
- kaca mata
- alat bantu dengar
- pendidikan dan sekolah khusus
- obat anti-kejang
- obat pengendur otot (untuk mengurangi tremor dan kekakuan)
- terapi okupasional
- bedah ortopedik
- terapi wicara bisa memperjelas pembicaraan anak dan membantu mengatasi masalah makan
- perawatan (untuk kasus yang berat).

Jika tidak terdapat gangguan fisik dan kecerdasan yang berat, banyak anak dengan CP yang tumbuh secara normal dan masuk ke sekolah biasa.
Anak lainnya memerlukan terapi fisik yang luas, pendidikan khusus dan selalu memerlukan bantuan dalam menjalani aktivitasnya sehari-hari.

Pada beberapa kasus, untuk membebaskan kontraktur persendian yang semakin memburuk akibat kekakuan otot, mungkin perlu dilakukan pembedahan.
Pembedahan juga perlu dilakukan untuk memasang selang makanan dan untuk mengendalikan refluks gastroesofageal.


PROGNOSIS

Prognosis biasanya tergantung kepada jenis dan beratnya CP.
Lebih dari 90% anak dengan CP bisa bertahan hidup sampai dewasa.

STROKE ISKEMIK

DEFINISI
Stroke adalah suatu sindroma klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara lokal atau global, yang dapat menimbulkan kematian atay kelainan yang menetap lebih dari 24 jam, tanpa penyebab lainnya kecuali gangguan vaskuler (WHO 1982).
Stroke iskemik (non hemoragik) adalah stroke yang terjadi akibat aliran darah ke otak terhenti karena aterosklerosis atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu oembukuh darah.
INSIDENSI
Stroke dapat menyerang segala usia. Penelitian WHO MONICA menunjukkan bahwa insidensi stroke bervariasi antara 48 sampai 240 per 100000 per tahun pada populasi usia 45 sampai 54 tahun. Penelitian di Amerika Serikat menunjukkan insidensi stroke pada usia dibawah 55 tahun adalah 113,8 per 100000 orang per tahun.
Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan kurang lebih 10% terjadi pada usia kurang dari 55 tahun. Stroke pada usia muda memiliki dampak yang sangat luas, dan menimbulkan beban sakit yang panjang bagi penderitanya, keluarga dan masyarakat.
Insidensi stroke pada wanita muda berkisar antara 4.3 samapai 8.9 per 100000 per tahun di Amerika Serikat dan Eropa. Insidensi akan meningkat seiring dengan peningkatan usia. Stroke iskemik tanpa faktor risiko yang bermakna pada wanita usia 20-44 tahun adalah 0,9 per 100000 per tahun.
Penelitian Marini, dkk (2001) pada 4353 pasien stroke, 89 diantaranya berusia dibawah 45 thaun (55 laki-laki dan 34 perempuan) (2%). Usia rata- rata adalah 36,1±8,1 tahun. Dua puluh pasien (22,5%) dengan pendarahan subarachnoid, 18 (20,2%) dengan pendarahan intraserebral, dan 51 (57,3%) dengan infark serebral. Proporsi ini sedikit berbeda dengan pasien yang berusia >45 tahun, perdarahan subarachnoid hanya dijumpai pada 2,4% pasien. Hasil pencitraan memperlihatkan bahwa aneurisma intrakranial dan malformasi arteriovenosa didapatkan pada 20 dari 38 pasien (52,6%). Angka insidensi stroke usia muda adalah 10,18 per 100000 (95% CI8,14-12,57).
Penelitian Nedeltchev, dkk (2005) pada 203 pasein stroke usia muda (16 sampai 45 tahun) menunjukkan bahwa penyakit atherosklerotik arteri besar ada pada 4% kasus, kardioembolisme pada 24% kasus, penyakit pembuluh darah kecil 9%, penyebab lain 30% dan tidak diketahui penyebabnya pada 33% kasus.
ETIOLOGI
Stroke dapat disebabkan oleh terjadinya :
  1. Atheroma pada pembuluh darah besar dengan thrombosis, misalnya: pada aorta, bifurcation carotis, ateri vertebra distal, arteri basiler proksimal.
  2. Penyakit mikrovaskular, misalnya: mikroatheroma, degenerasi hialin pada mikrovaskular, penambahan plak yang berasal dari pembuluh darah besar pada lumen pembuluh darah kecil.
  3. Emboli sistemik, yang terjadi karena atrial fibrilasi, miokard infark akut, prostetik katup jantung mekanik, kardiomiopati dilatasi (peripartum, alkoholik, post-viral, iskemik/hipertensi dekompensata), infeksi endokarditis.
Faktor resiko stroke iskemik:
  1. Faktor yang tidak dapat diubah:
Usia yang bertambah, orang Afrika-Amerika, laki-laki, genetik/garis keturunan stroke.
  1. Faktor yang dapat diubah/diobati:
Hipertensi, merokok, diabetes mellitus, hiperlipidemia, serangan iskemik transien, obesitas, riwayat stroke, bruit atau stenosis arteri carotis asimptomatis, penyakit jantung, atheroma lengkung aorta, level homosistein yang meningkat dan penggunaan kontrasepsi oral.
PATOGENESA
Aliran darah yang tidak cukup di dalam arteri di otak dapat dikompensasi dengan sistem kolateral, khususnya antara arteri carotis dan vertebra dengan anastomose pada sirkulus Willisi dan antara arteri-arteri besar hemisfer serebri. Banyak neuron yang mati jika perfusi <5% dari normal selama lebih dari 5 menit; bagaimanapun, kerusakan yang terjadi tergantung dari keparahan iskemiknya. Jika iskemiknya sedikit, kerusakan berjalan perlahan-lahan; maka, jika perfusi 40% dari normal selama 3-6 jam maka jaringan otak akan rusak. Jika iskemik yang lebih parah terjadi, selama 15-30 menit, seluruh jaringan yang terlibat akan mati. Kerusakan terjadi lebih cepat selama hipertermia dan lebih lambat selama hipotermia. Jika jaringan mengalami iskemik, tetapi belum rusak, segera mengembalikan aliran darah akan mengurangi luka.
A.   Atheroma pada pembuluh darah besar.
Atheroma pada pembuluh darah besar menyebabkan stroke pada 4 lokasi utama yaitu pada bifurcation arteri carotis, arteri vertebra distal, arteri basiler proksimal dan pada aorta. Stroke terjadi disebabkan oleh thrombosis pada tempat atheroma dari lokasi-lokasi ini dan hanya 1-2% kasus stroke berhubungan dengan stenosis tanpa terjadinya thrombosis. Thrombus ini dapat terpecah dan menyebabkan terbentuknya emboli pada bagian distal dari 4 lokasi utama. Pembentukan thrombus dari plak-plak atheroma mengandung banyak daerah neovaskularisasi dan bagian iskemik. Akibatnya sering terjadi nekrosis atau pun pendarahan internal. Ini akan mempercepat penambahan plak dan terjadinya stenosis. Selama perdarahan dan nekrosis terjadi, pasien akan asimptomatik, tanpa melihat keparahan stenosisnya, karena adanya aliran darah kolateral di otak, terutama pada sirkulus Willisi. Bagaimanapun, ketika proses patologis merusak tunika intima, debris nekrotik dan thrombus dapat membentuk emboli atau thrombus akan menyebar ke tempat lain. Uklus yang sebelumnya akan menjadi nidus untuk thrombogenesis selanjutnya.
Penanganan stroke yang tepat tergantung pada pengertian akan thrombosis. Secara umum, otak akan mentoleransi stenosis tingkat tinggi atau oklusi dari pembuluh darah ‘cervico-cranial’ sepanjang tidak ada pembentukan thrombus disana. Stenosis tingkat tinggi penting karena predileksi yang kuat untuk mengalami perubahan dengan pembentukan thrombus.
Pada sirkulasi anterior, emboli, apakah dari plak atheroma (thromboemboli arteri ke arteri) atau terbentuk dari jantung, cenderung disimpan dulu dalam supra-clinoid dari arteri carotis pada bentuk hubungan T dari carotis, bifurcation carotis menuju arteri serebri anterior dan media, atau pada bagian proksimal arteri serebri media (Gambar 1). Sepanjang oklusi tetap pada proksimal dari hubungan T, aliran darah kolateral cukup, tetapi segera oklusi itu akan meluas dalam bentuk hubungan T atau diluarnya dan membuat oklusi pada bagian proksimal arteri serebri media, arteri kolateral sampai ke arteri serebri media menjadi bebas terhadap anatomose akhir-ke-akhir dari distal kortikal antara arteri serebri media pada satu sisi, dan arteri serebri anterior dan posterior pada sisi lainnya. Hampir semua pasien akan mengalami stroke dalam keadaan ini. Jika aliran darak kolateral sedikit, seluruh daerah arteri serebri media akan mengalami infark. Jika aliran darah kolateralnya bagus, mungkin akan terjadi iskemik pada korteks, tetapi dari penelitian radiologi (yang paling baik menggunakan MRI) menunjukkan tidak ada infark atau infark hanya sebagian dan sering berkumpul di periventrikel substansia alba, dimana pada akhir percabangan lentikulostriata dari arteri serebri media memperdarahi basal ganglia dan substansia alba bagian dalam.
Mekanisme patogenis ini muncul langsung pada 2 tempat. Pertama, reduksi yang banyak dalam aliran darah serebri (misalnya dalam emboli bentuk hubungan T), aliran darah akan berfungsi linier dari tekanan darah sebagai hasil dari mekanisme autoregulatori pembuluh darah serebri. Sebagai akibatnya, reduksi yang banyak pada tekanan darah (biasanya akan meningkat pada stroke akut) akan menyebabkan reduksi yang banyak pada aliran darah ke bagian-bagian otak yang hampir tidak bertahan (disebut iskemik penumbra), menghasilkan peningkatan ukuran infark. Penelitian terbaru telah menunjukkan bahwa tekanan darah pada stroke akut yang berhubungan dengan kematian sedikitnya 155-220/70-105.
Gambaran vaskularisasi cerebri. Perhatikan bahwa dengan oklusi arteri carotis interna proksimal ke hubungan T carotis, aliran darah kolateral yang cukup akan disediakan oleh arteri comunican anterior dan posterior. Bagaimanapun, dengan pembekuan darah pada hubungan T, aliran darah ke arteri cerebri media akan diperoleh dari anastomose kortikal akhir-ke akhir antara arteri serebri media, arteri serebri anterior dan arteri serebri posterior. Karena daerah pada akhir arteri lentikulostriata merupakan bagian distal dari oklusi, akan lebih menunjukkan bukti infark dari aliran hubungan T carotis. Maka itu, daerah akhir lentikulostriata dikatakan sebagai “desert zone”.
Kedua, karena adanya anastomose arteri, bahkan dengan oklusi carotis hubungan T, aliran darah serebri tidak berkurang sampai nol dan pada kebanyakan kasus, bagian potensial infark akan ditolong jika pembekuan darah dapat dilisiskan dengan cepat. Hal ini menyediakan kesempatan untuk bekerjanya obat-obat, misalnya: aktivator plasminogen jaringan rekombinan (rTPA), untuk meningkatan lisis dari pembekuan darah. Pada penelitian aktivator plasminogen jaringan rekombinan di Amerika, pengobatan dengan rTPA intravena dalam 3 jam dari onset stroke membuat prognosis pasien menjadi baik.
Pada sirkulasi posterior, thrombosis pada arteri vertebra distal akan menyebabkan iskemik hanya pada arteri utama yang memperdarahi parenkim otak , arteri serebri inferior posterior, menyebabkan infark medular lateral (Wallenberg). Ini merupakan infark tersering dengan sedikit aliran darah dan thrombosis arteri vertebra distal cenderung menjadi emboli atau menyebar ke distal. Hal ini berbeda, saat thrombosis terjadi dalam arteri basiler, ada kecenderungan kuat untuk menyebar, menyebabkan kerusakan neurologis secara perlahan-lahan pada pasien jika pontine mengalami oklusi atau jika terjadi emboli pada bagian atas dari arteri basiler, menyebabkan gejala kerusakan penglihatan jika infark pada arteri serebri posterior, atau letargi disebabkan oleh iskemik sistem aktivasi reticular midbrain dan thalamus, yang diperdarahi oleh arteri basiler rostral.
B.        Penyakit Mikrovaskular
Pembuluh darah kecil yang memperdarahi parenkim otak mungkin mengalami oklusi sebagai hasil dari degenerasi hialin (diameter lumen <400m), mikroatheroma dengan thrombosis atau serbuan dari plak arteri besar pada lumen pembuluh darah kecil (biasanya pada arteri basiler, kemudian pada arteri serebri media bagian proksimal). Hal ini menyebabkan terjadinya infark yang biasanya pada diameter kurang dari 1,5 cm di dalam basal ganglia, dalam substansia alba, thalamus atau pons, secara khusus dikatakan sebagai infark lakunar. Infark yang dalam, lebih besar dari diameter 1,5 cm atau infark yang kurang dari diameter 1,5 cm terdapat pada periventrikular white matter (terutama yang multiple) atau di bawah insula, seharusnya dicurigai bahwa infark ini menunjukkan oklusi pada pembuluh darah besar, khususnya pada hubungan T carotis atau pada arteri serebri media bagian proksimal.
Infark lakunar disebabkan oleh oklusi mikrovaskuler yang disebabkan penyakit instrinsik dan jarang disebabkan emboli arteri-ke-arteri atau emboli kardiogenik. Lebih lanjut, karena oklusi cenderung terjadi pada bentuk-bentuk yang mendapat kompensasi fungsional yang bagus, misalnya basal ganglia, thalamus atau pada white matter, dimana lesi mengalami demielinisasi, prognosis untuk sembuh tinggi.
C.        Emboli Sistemik
Emboli kardiogenik terjadi terutama pada 5 keadaan yaitu: atrial fibrilasi (selalu berhubungan dengan usia dan tidak berhubungan dengan penyakit jantung rematik), miokard infark akut, prostetik katup jantung mekanik, kardiomiopati dilatasi, dan infeksi endokarditis.
Atrial fibrilasi menyebabkan 2/3 kasus stroke kardioemboli. Atrial fibrilasi kronik dan precursor atrial fibrilasi, sindrom “sick sinus” meningkatkan resiko terjadinya stroke. Secara keseluruhan, resiko stroke setiap tahun pada suatu populasi kira-kira 5%, tetapi akan menjadi 2-3 kali lipat pada individu tertentu. Prevalensi atrial fibrilasi meningkat sejalan dengan bertambahnya umur dan atrial fibrilasi akan menyebabkan stroke pada pasien yang berumur lebih dari 75 tahun.
Infark miokard akut menyebabkan 10% dari stroke kardioemboli. Kebanyakan stroke terjadi pada bulan pertama dan ini berhubungan dengan infark dinding anterior dan infark transmural. Sepertiga dari infark miokard tramsmural anterior berhubungan dengan thrombus mural dan seperempat akan menyebabkan stroke emboli. Aneurima ventricular, dengan atau tanpa thrombus mural, berhubungan dengan meningkatnya resiko stroke kronik, kira-kira 5%/tahun.
Kardiomiopati dilatasi (peripartum, alkoholik, post-viral) jelas berhubungan dengan peningkatan resiko stroke. Kasus ini kurang jelas untuk iskemik dekompensasi atau kardiomiopati hipertensi. Semakin parah patologi jantung dan semakin sedikit bukti penyebab stroke, penyebab kardioemboli harus diperhitungkan.
Infeksi endokarditis berhubungan dengan resiko emboli yang sangat tinggi, tetapi resiko ini dibatasi pada periode sebelum dan pada hari pertama atau kedua dari terapi antibiotic. Makanya, antikoagulan, yang akan sangat beresiko, tidak pernah diindikasikan.
KLASIFIKASI
Berikut adalah klasifikasi stroke iskemik berdasarkan penyebabnya :
1. Stroke Emboli
Emboli dapat berasal dari jantung, arteri ekstrakranial maupun emboli paradoxical melalui patent foramen ovale. Sumber emboli cardiogenik termasuk thrombus valvular (seperti mutral stenosis, endoraditis, katup prostetik), thrombus mural (seperti infark myocardm fibrilasi atrial, cardiomyopathy dilatasi, CHF dan atrial myxoma). MI berhubungan dengan 2-3% insidensi stroke emboli, dimana 85% kasus terjadi pada bulan pertama setelah MI.
2. Stroke Thrombosis
Stroke thrombosis dapat mengenai pembuluh darah besar termasuk sistem arteri carotis atau pembuluh darah kecil termasuk percabangan sirkulus wilis dan sirkulasi posterior. Tempat yang umum terjadi thrombosis adalah titik percabangan arteri serebral khususnya distribusi arteri carotis interna. Stenosis arteri dapat mengakibatkan aliran darah yang turbulen dan meningkatkan resiko tebentuknya thrombus, atherosclerosis (seperti plak ulserasi), dan perlengketan plateler yang kesemuanya dapat menyebabkan pembentukan bekuan darah juga emboli atau oklusi pada arteri.
Penyebab yang umum dari thrombosis adalah polisitemia, defisiensi protein C, dysplasia fibromuscula pada arteri serebral, dan vasokonstriksi yang berkepanjangan pada gangguan migraine headache. Berbagai proses diseksi dari arteri serebral juga dapat menyebabkan stroke thrombosis seperi trauma, diseksi aorta thoracalis dan arteritis. Hipoperfusi distal akibat stenosis atau oklusi arteri atau hipoperfusi area diantara dua arteri serebral dapan menyebabkan stroke iskemik.
Berikut adalah klasifikasi stroke iskemik berdasarkan arteri yang terkena dan gejala yang ditimbulkannya :
1. Sindrom Arteri Serebral Medial
Oklusi arteri serebl meadial biasanya disebabkan oleh emboli. Stenosis arteri serebral medial dengan atau tanpa oklusi thrombotic lebih jarang terjadi.
2. Sindrom Arteri Serebral Anterior
Oklusi arteri serebral anteri juga biasa disebabkan oleh emboli. Oklusi cabang arteri serebral anterior sering tidak begitu mencolok karena adanya aliran darah dari arteri komunikana anterior. Namun demikian ketika ada oklusi pada percabangan utamanya akan menghasilkan defisit yang berat pada dareah yang diperdarahi.
3. Sindrom Arteri Carotis
Oklusi carotid dapat menghasilkan symptom melalui 2 cara yaitu melalui hipoperfusi sekunder akibat stenosis atau oklusi atau dengan adanya emboli. Walau dengan adanya stenotis yang ringan, ulserasi dan plak ateroma dapat menjadi pembentukan thrombus dan putensia sebagai sumber emboli.
4. Sindrom Arteri Serebral Posterior
Arteri serebral posterior dapat mangalami oklusi akibat emboli dan thrombosis
5. Sindrom Artery Vertebrobasilar
Lebih jarang terjadi dibandingkan iskemia sirkulasi anterioe, oklusi arteri basilar dan vertebral dapat disebabkan thrombosis dan emboli.
6. Infark Serebellar
Infark serebelar biasa menyebabkan pusing, mual, muntah, nistagmus dan ataksia. Sering terdapat ataksia tumit-lutut dan telunjuk-hidung. Lebih dari 1 sampai 3 hari, akan terjadi edema pada serebellum yang menyebebkan timbulnya gejala-gejala penekanan batang otak seperti conjugate eye, disfungsi N V ipsilateral dan palsy N VII ipsilateral. Kelainan ini akan berlanjut dengan cepat sampai koma maupun kematian. Pasien dengan manifestasi klinis tersebut harus dievaluasi dan diobservasi dalam beberapa hari sampai komplikasi penekanan batang otak dapat di dikurangi dengan dekompresi surgical pada fossa posterior.
7. Infark Lakunar
Tipe penyakit vascular yang khusus, memiliki karakteristik berupa penebalan hialin pada penetrasi arteri kecil pada otak (lipohialinosis) dan sering terjadi pada pasien diabetes mellitus dan hipertensi. Oklusi pada pembuluh darah ini menghasilkan infark cystic yang kecil dan dalam. Infark ini sering asimptomatis tapi bisa juga menyebabkan gejala seperti stroke motorik yang murni, stroke sensorik yang murni, clumsy hand-dysarthria syndrome, ataksia homolateral dan paresis crural, hemiparese motorik yang murni dengan parese kontralaeral dari  gaze lateral dan optalmoplegia internuclear, lacuna sensorimotor, hemiparesis ataksia dan sebagainya. Diagnosi dapat diarahkan ketika EEG normal dengan manifestasi klinis seperti di atas. clumsy hand-dysarthria syndrome Oklusi primer arteri-arteri kecil merupakan mekanisme yang umum, arteri tersebut bisa juga menjadi target emboli dan mengalami oklusi akibat plak atherosclerosis pembuluh darah besarnya.
MANIFESTASI KLINIK
Stroke iskemik memberikan gambaran klinis berupa simptom dan tanda fokal yang berhubungan dengan area otak yang disuplai oleh pembuluh darah yang terkena. Pada stroke iskemik, oklusi pembuluh darah menghalangi aliran darah ke area spesifik di otak, mengganggu fungsi neurologik yang bergantung pada regio tersebut dan memberikan gambaran pola defisit yang khas untuk regio tersebut.
Berbeda dengan stroke iskemik, stroke hemoragik memberikan pola keterlibatan fokal yang tidak dapat diprediksikan sebab komplikasinya seperti peningkatan tekanan intrakranial, oedema cerebral, penekanan jaringan otak dan pembuluh darah atau perembesan darah melalui rongga subaraknoid atau ventrikel otak dapat mengganggu fungsi otak yang jauh dari tempat perdarahan terjadi.
Sebelum melangkah lebih jauh sebaiknya kita mengetahui dahulu sirkulasi darah darah otak. Peredaran darah di otak dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu :
1. Sirkulasi anterior
Sirkulasi anterior otak yang mensuplai sebagian besar dari korteks dan substansia putih subkorteks, basal ganglia, dan kapsula interna, terdiri atas : arteri karotis interna dan cabang-cabangnya yaitu arteri koroidal anterior, arteri cerebral anterior, arteri cerebral media. Arteri cerebral media memberikan cabang arteri lentikulostriata. Stroke yang diakibatkan oleh gangguan pada sirkulasi anterior akan memberikan gejala dan tanda berupa aplasia, apraxia, agnosia, hemiparesis, hemisensori dan defek visual.
2. Sirkulasi posterior
Sirkulasi posterior otak mensuplai batang otak, cerebellum, thalamus dan juga bagian dari lobus occipital dan temporal. Sirkulasi ini terdiri atas: sepasang arteri vertebralis, ateri basilaris dan cabangnya yaitu arteri serebelaris posterior inferior, arteri serebelaris anterior inferior, arteri serebelaris superior, dan arteri cerebral posterior. Stroke yang diakibatkan oleh gangguan pada sirkulasi posterior akan memberikan gejala dan tanda berupa disfungsi batang otak, termasuk koma, vertigo, mual dan muntah, kelumpuhan nervus kranialis, ataksia dan defisit sensorimotorik yang mengenai wajah pada satu sisi tubuh dan anggota gerak pada sisi lainnya. Hemiparesis, hemisensori dan defisit  lapangan penglihatan juga terjadi, tetapi tidaklah spesifik untuk stroke yang diakibatkan oleh gangguan pada sirkulasi posterior.
Pendekatan klinis terhadap stroke iskemik bergantung pada kemampuan untuk mengidentifikasi dasar neuroanatomik dari defisit klinis.
Berikut adalah korelasi klinik anatomik dari stroke iskemik.
1. Arteri serebral anterior
Arteri serebral anterior mensuplai korteks serebral parasagital, yang termasuk bagian dari korteks motorik dan sensorik yang berhubungan dengan kaki kontralateral dan juga disebut sebagai pusat inhibisi dan mikturisi kandung kemih. Stroke akibat oklusi arteri serebral anterior jarang dijumpai bila dibandingkan dengan stroke akibat oklusi arteri cerebral medial yang menerima aliran darah serebral dalam jumlah besar. Dapat dijumpai paralisis lengan dan tungkai kontralateral, grasp reflex kontralateral, rigiditas gegenhalten, abulia, gangguan gait, prespirasi dan inkontinensia urin.
2. Arteri serebral medial
Arteri cerebral medial mensuplai sisa dari hemisfer cerebral dan struktur subkortikal dalam. Cabang kortikal dari arteri cerebral medial termasuk devisi superior mensuplai seluruh area korteks motorik dan sensorik dari wajah, tangan, dan lengan Berta area berbahasa ekspresif (Broca) dari hemisfer dominan. Devisi inferior mensuplai radiasi visual, area berbahasa reseptif (Wernicke) dari hemisfer dominan. Arteri lentikulostriata yang merupakan cabang dari bagian proksimal arteri cerebral medial mensuplai daerah basal ganglia dan juga serabut motorik untuk wajah, lengan, tangan, kaki pada genu dan krus posterior kapsula interna.Arteri serebralis medial adalah arteri yang paling Bering terkena dalam stroke iskemik. Bergantung dari devisi yang terlibat, bermacam-macam gambaran klinis dapat terlihat.
1. Stroke devisi superior
Hemiparesis kontralateral yang mengenai wajah, tangan dan lengan tetapi tidak pada kaki; hemisensori kontralateral pada area yang sama; tanpa hemianopia homonim. Kalau area hemisfer dominan terlibat maka selain gambaran diatas juga disertai dengan afasi broca.
2. Stroke devisi inferior
Hemianopsia homonim kontralateral; gangguan fungsi sensoris kortikal yang bermakna seperti grafastesia dan stereognosis pada kontralateral tubuh, anosognosia, dressing apraxia, konstruksional apraxia. Kalau hemisfer dominan juga ikut terkena maka dijumpai aplasia Wernicke.
3. Arteri karotis interna
Derajat keparahan stroke arteri karotis interna sangat bervariasi bergantung pada adekuat tidaknya sirkulasi kolateral. Oklusi arteri karotis dapat bersifat asimptomatik, sedang yang simptomatik memberikan gejala yang mirip dengan stroke arteri cerebralis medial walaupun gejala lain mungkin juga timbul.
4. Arteri serebralis posterior
Arteri serebralis posterior yang berasal dari ujung arteri basiler memberi suplai darah pada korteks cerebral okksipital, lobus temporal medial, thalamus dan rostral otak tengah. Gambaran klinis berupa hemianopia homonym yang mengenai lapangan pandang kontralateral. Kalau oklusi terjadi pada level otak tengah, abnormalitas ocular yang meliputi kelumpuhan pandangan vertical, kelumpuhan nervus okulomotor. Kalau oklusi yang terjadi mengenai lobus oksipital hemisfer dominan, maka pasien akan mengalami anomik fasia, aleksia tanpa agrafia, dan visual agnosia.
5. Arteri Basiler
Arteri basiler berasal dari pertemuan sepasang arteri vertebralis. Arteri basiler berjalan melalui permukaan ventral dari batang otak dan berakhir pada level otak tengah, kemudian bercabang menjadi arteri serebralis posterior. Cabang-cabang arteri basiler mensuplai lobus oksipital dan temporal medial, thalamus medial, krus posterior dari kapsula interna dan keseluruhan batang otak dan serebellum.
Gambar oklusi thrombus dan emboli pada arteri basiler
Di klinis sehari-hari, factor predisposisi pasien dengan gangguan serebrovaskuler harus cari, yang paling memungkinkan adalah TIA, hipertensi dan diabetes mellitus. Kondisi medis lain seperti, penyakit jantung iskemik atau penyakit katup jantung atau aritmia jantung juga harus dicari. Dari gambaran klinis yang ada, harus dapat menentukan kira-kira stroke ini disebabkan oleh suatu proses thrombosis atau emboli. Pasien dengan thrombosis biasanya mempunyai gambaran klinis defisiensi neurologic yang bertambah secara bertahap dan biasanya sebelumnya didahului oleh episode TIA. Sedang stroke yang disebabkan oleh emboli biasanya memberikan gambaran defisit neurologic yang muncul secara tiba-tiba taanpa ada tanda-tanda peringatan dan gejalanya maksimal saat onsetnya.
PROSEDUR DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan ini harus dilakukan secara berkala untuk mendeteksi penyebab-penyebab stroke yang dapat ditangani atau mungkin penyebab lain yang dapat menyerupai sroke.
-          Pemeriksaan darah lengkap
Untuk menginvestigasi penyebab-penyebab yang mungkin dapat menyebabkan stroke, seperti trombositosis, trombositopenia, polisitemia, anemia dan leukositosis.
-          Laju endap darah
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi vaskulitis
-          Serum glukosa
Untuk melihat adanya hipoglikemia atau hiperosmolar nonketotik hiperglikemia yang juga dapat memberikan tanda neurologic fokal sehingga akhirnya dapat disalah persepsikan sebagai stroke.
-          Serum kolesterol dan lipid
Peningkatan dari nilai ini menunjukkan factor resiko untuk stroke.
2. Elektrokardiogram
Elektrokardiogram dilakukan untuk mendeteksi infark miokard atau aritmia jantung, misalnya atrial fibrilasi, yang merupakan factor predisposisi untuk resiko emboli.
3. CT Scan atau MRI
CT Scan atau MRI harus dilakukan untuk membedakan antara infark dan hemorragik atau untuk mengeksklusikan pennyebab lain misalnya abses dan tumor yang dapat memberikan gambaran mirip stroke, dan juga dapat juga melokalisasi lesi.
4. Lumbal Pungsi
Tindakan ini umumnya dilakukan pada kasus-kasus tertentu saja untuk mengeksklusikan perdarahan subaraknoid atau untuk mendeteksi meningivaskular.
DIAGNOSIS BANDING
  • Stroke hemoragik
Stroke hemoragik bisa disebabkan perdarahan intra serebral (PIS) atau perdarahan sub arachnoid (PSA). Penurunan kesadaran maupun parese pada stroke hemoragik terjadi secara tiba-tiba dan terjadi pada saat pasien beraktivitas.
  • Transient iskemik attack
Merupakan serangan iskemik otak yang bersifat sementara. Defisit neurologiknya bersifat sementara akibat gangguan peredaran darah otak, timbul mendadak dan menghilang dengan cepat (<24 jam) tanpa gejala sisa secara klinis.
PENATALAKSANAAN
Penanganan umum dari stroke iskemik
  • Jalan nafas, bantuan ventilasi dan pengobatan dari komplikasi akut
Oxigenasi yang baik merupakan hal yang penting dalam penanganan stroke iskemik akut untuk mengurangkan deficit neurology yang bisa bertambah berat dengan kurangnya suplai oksigen kedalam jaringan otak. intubasi bisa membantu pasien dengan peningkatan akut tekanan intracranial dan juga oedem cerebri. Ada juga pasien yang bisa dijumpai dengan pernafasan Ceyne stoke selepas suatu stroke iskemik.Pasien-pasien ini dijumpai dengan kadar saturasi oksigen darah yang rendah dan bermanfaat dengan intubasi dan pemberian suplai oksigen.
  • Demam
Peningkatan temperature badan dikaitkan dengan deficit neurology yang lebih serius mungkin disebabkan oleh meningkatnya metabolisme badan,meningkatnya pelepasan neurotransmitter dan produksi radikal bebas .Temperatur badan seharusnya dikurangkan dengan penggunaan agen anti piretic. Dan ternyata hypothermia bersifat neuroprotektif pada pasien yang mengalami deficit neurology fokal mahupun global selepas suatu stroke iskemik.
  • Ritme jantung
Infark miokard dan aritme jantung merupakan komplikasi yang bisa terjadi selepas suatu stroke iskemik mungkin disebabkan daripada gangguan fungsi parasimpatetik atau simpatetik aritme yang paling banyak ditemukan selepas suatu stroke adalah atrial fibrilasi.
  • Tekanan darah yang tinggi
Stroke bisa menyebabkan tekanan darah meninggi disebabkan oleh banyak sebab antaranya stress dari stroke sendiri, nyeri, kandung kemih yang penuh,pasien dengan hipertensi sebelum suatu stroke, respon badan dari suatu hipoksia. Teori mengatakan  tekanan darah harus dikurangkan untuk mengurangkan oedem cerebri,pendarahan di tempat infark, mengurangkan damage pada vascular,dan mengurangkan resiko terjadinya  stroke rekurent  yang awal. Pada kebanyakan pasien administrasi ke kamar isolasi,pengunaan kateter untuk mengosongkan kandung kemih  dan mengurangkan nyeri dengan pemberian analgesic sudah cukup untuk mengurangkan tekanan darah. Penangan untuk mengurangkan tekanan darah secara akut tidak harus dilakukan sampai tekanan diastolic >120mmHg dan tekanan sistolik > 220mmHg.
  • Hipoglikemik dan hiperglikemik
Hipoglikemik sendiri bisa mengakibatkan simptom simptom neurologi yang sama dengan stroke akut. Karena itu pengukuran kadar glukosa dan koreksi hipogikemia penting pada pasien stroke akut. Diabetis mellitus merupakan suatu factor resiko dari stroke,dan hyperglikemia pada pasien menunjukkan prognosis yang kurang baik pada pasien stroke.Hiperglikemia pada pasien stoke ini mungkin disebabkan oleh terjadinya suatu asidosis jaringan yangterjadi akibat anaerobic glikosis.
Membaiki perfusi jaringan otak
  • Thrombolytic agent
Tissue plasminogen activator(t-PA) dan streptokinase bila diadministrasikan secara intravenous melarutkan bekuan darah dan memulihkan sirkulasi dan hal ini akan mengurangkan kerusakan jaringan otak dan memperbaiki outcome.thrombolytic agent diberikan apabila onset dari stroke fase akut kurang dari 6 jam dan harus melalui protocol yang ketat.
  • Antikoagulansia
Antikoagulansia digunakan untuk stroke iskemik yang disebabkan emboli yaitu untuk mencegah terjadinya embolisasi ulang.Antikoagulansia yang bisa digunakan adalah heparin dan warfarin yang bisa diberikan secara oral atau sistemik.Pemberian antikoagulansia harus dibawah pengawasan pemeriksaan laboratorium yang ketat (INR) karena bisa menimbulkan pendarahan.
Neuroprotektan
Neuroprotektan berfungsi untuk melindungi jaringan otak terhadap kerusakan akibat iskemik. Contoh neuroprotektan yang biasa digunakan untuk stoke iskemik antara lain CDP choline. Untuk perdarahan subarachnoid digunakan Calsium Channel Blocker (Nimodipin).
Pengobatan Post Stroke
Yang bisa dilakukan untuk menangani kasus post stroke iskemik adalah kontrol faktor resiko seperti kontrol hipertensi, mengobati penyakit dasar (penyakit jantung), kontrol kadar gula darah dan kolesterol darah.
Selain kita bisa memberikan obat-obat anti trombotik supaya tidak terjadi recurrent stroke. Anti trombotik yang lazim digunakan adalah aspirin, ticlopidine dan clopidogrel. Penggunaan aspirin harus dipantau supaya tidak terjadi pendarahan. Aspirin dapat diberikan pada fase akut dan pada pasien dengan CT scan yang tidak menunjukkan pendarahan. Bila aspirin diberikan antara 12-24 jam ternyata dapat memperbaiki outcome.
Pengobatan post stroke lainnya adalah dengan pemberian antikoagulansia seperti warfarin. Fisioterapi dan rehabilitasi juga penting pada penanganan pasien stroke yang telah melewati fase akut. Tujuan dari fisioterapi untuk menghindar kontraktur pada pasien post stroke.
PROGNOSIS
Resiko kematian pada 7 hari pertama atau 30 hari pertama setelah stroke fase akut yang pertama adalah sebesar 10 %-20%. Resiko kematian pada tahun pertama pada pasien yang mengalami stroke pertama lebih tinggi dari individual yang belum pernah kena stroke. Pasien dengan stroke hemoragik mempunyai resiko kematian yang lebih besar berbanding dengan pasien dengan iskemik stroke. Pasien dengan major  iskemik stroke  (total oklusi  arteri  serebral anterior ) mempunyai resiko kematian yang lebih besar.
Penyebab kematian pada stroke
Penyebab kematian pada hari pertama dari stroke adalah disebabkan efek langsung pada kerusakan jaringan otak.stroke yang terjadi batang otak bisa langsung mendepresi system respirasi yang bisa juga menyebabkan kematian. Pada jenis stroke yang mengenai bagian supratentorial disfungsi dari batang otak disebabkan oleh  supratentorial herniasi dan oedem serebri menyebabkan kematian.
Penyebab kematian yang lain pada pasien stroke adalah disebabkan komplikasi seperti pneumonia,  emboli paru, ulcer, dehydrasi, gagal ginjal, dan infeksi traktus urinarius.
Perbaikan dari kerusakan deficit neurologis selalunya paling cepat pada beberapa hari pertama selepas suatu stroke iskemik. Pembaikan neurologist bisa dapat berlanjut secare bertahap selama beberapa bulan sampai tahun. Pembaikan dari gejala neurologis dan kecepatan pembaikan bergantung pada pasien dan ia bervariasi dari satu pasien ke pasien yang lain.

KARUNIA SHOLAT DALAM KESEHATAN

Senin, 16 Agustus 2010

Keajaiban Dibalik Ibadah SholatDari : Jowir
Sebagai seorang muslim kita wajib bangga dengan karunia islam beserta amalan-amalan ibadah didalamnya. Ibadah-abadah didalam islam memang sangat unik dan tidak ada mudharatnya (pasti ada manfaatnya), karena kita yakin bahwa agama ini dibawa oleh seorang Nabi bernama Muhammad SAW yang mana apa yang dikatakan oleh beliau ini bukan berdasarkan pada hawa nafsunya melainkan murni dari Allah SWT yang menciptakan kita. Terbukti dengan risalah dan apa yang diajarkan untuk umatnya, baik dari segi psikis maupun fisik sangat berguna bagi manusia. dan dibawah ini beberapa uraian yang dapat memotivasi kita melakukan solat setelah hati kita termotivasi karena Allah SWT :

TAKBIRATUL IHRAM

Postur: berdiri tegak, mengangkat kedua tangan sejajar telinga, lalu melipatnya di depan perut atau dada bagian bawah.

Manfaat: Gerakan ini melancarkan aliran darah, getah bening (limfe) dan kekuatan otot lengan. Posisi jantung di bawah otak memungkinkan darah mengalir lancar ke seluruh tubuh. Saat mengangkat kedua tangan, otot bahu meregang sehingga aliran darah kaya oksigen menjadi lancar. Kemudian kedua tangan didekapkan di depan perut atau dada bagian bawah. Sikap ini menghindarkan dari berbagai gangguan persendian, khususnya pada tubuh bagian atas.

RUKUK
Postur: Rukuk yang sempurna ditandai tulang belakang yang lurus sehingga bila diletakkan segelas air di atas punggung tersebut tak akan tumpah. Posisi kepala lurus dengan tulang belakang.

Manfaat: Postur ini menjaga kesempurnaan posisi dan fungsi tulang belakang (corpus vertebrae) sebagai penyangga tubuh dan pusat syaraf. Posisi jantung sejajar dengan otak, maka aliran darah maksimal pada tubuh bagian tengah. Tangan yang bertumpu di lutut berfungsi relaksasi bagi otot-otot bahu hingga ke bawah. Selain itu, rukuk adalah latihan kemih untuk mencegah gangguan prostat.

I’TIDAL
Postur: Bangun dari rukuk, tubuh kembali tegak setelah, mengangkat kedua tangan setinggi telinga.

Manfaat: I’tidal adalah variasi postur setelah rukuk dan sebelum sujud. Gerak berdiri bungkuk berdiri sujud merupakan latihan pencernaan yang baik. Organ organ pencernaan di dalam perut mengalami pemijatan dan pelonggaran secara bergantian. Efeknya, pencernaan menjadi lebih lancar.

SUJUD

Postur: Menungging dengan meletakkan kedua tangan, lutut, ujung kaki, dan dahi pada lantai.

Manfaat: Aliran getah bening dipompa ke bagian leher dan ketiak. Posisi jantung di atas otak menyebabkan darah kaya oksigen bisa mengalir maksimal ke otak. Aliran ini berpengaruh pada daya pikir seseorang. Karena itu, lakukan sujud dengan tuma’ninah, jangan tergesa gesa agar darah mencukupi kapasitasnya di otak. Postur ini juga menghindarkan gangguan wasir. Khusus bagi wanita, baik rukuk maupun sujud memiliki manfaat luar biasa bagi kesuburan dan kesehatan organ kewanitaan.

DUDUK

Postur: Duduk ada dua macam, yaitu iftirosy (tahiyyat awal) dan tawarruk (tahiyyat akhir). Perbedaan terletak pada posisi telapak kaki.

Manfaat: Saat iftirosy, kita bertumpu pada pangkal paha yang terhubung dengan syaraf nervus Ischiadius. Posisi ini menghindarkan nyeri pada pangkal paha yang sering menyebabkan penderitanya tak mampu berjalan. Duduk tawarruk sangat baik bagi pria sebab tumit menekan aliran kandung kemih (urethra), kelenjar kelamin pria (prostata) dan saluran vas deferens. Jika dilakukan. dengan benar, postur irfi mencegah impotensi. Variasi posisi telapak kaki pada iffirosy dan tawarruk menyebabkan seluruh otot tungkai turut meregang dan kemudian relaks kembali. Gerak dan tekanan harmonis inilah yang menjaga. kelenturan dan kekuatan organ-organ gerak kita.

SALAM
Gerakan: Memutar kepala ke kanan dan ke kiri secara maksimal.

Manfaat: Relaksasi otot sekitar leher dan kepala menyempurnakan aliran darah di kepala. Gerakan ini mencegah sakit kepala dan menjaga kekencangan kulit wajah.

Sholat secara kontinyu bukan saja menyuburkan iman, tetapi mempercantik diri wanita luar‑dalam. Manfaat itu dapat dilihat sebagai berikut :
Memacu Kecerdasan

Gerakan sujud dalam salat tergolong unik. Falsafahnya adalah manusia menundukkan diri serendah‑rendahnya, bahkan lebih rendah dari pantatnya sendiri. Dari sudut pandang ilmu psikoneuroimunologi (ilmu mengenai kekebalan tubuh dari sudut pandang psikologis) yang didalami Prof Sholeh, gerakan ini mengantar manusia pada derajat setinggi‑tingginya. Mengapa?

Dengan melakukan gerakan sujud secara rutin, pembuluh darah di otak terlatih untuk menerima banyak pasokan darah. Pada saat sujud, posisi jantung berada di atas kepala yamg memungkinkan darah mengalir maksimal ke otak. Itu artinya, otak mendapatkan pasokan darah kaya oksigen yang memacu kerja sel-selnya. Dengan kata lain, sujud yang tumakninah dan kontinyu dapat memacu kecerdasan.

Risetnya telah mendapat pengakuan dari Harvard Universitry, AS. Bahkan seorang dokter berkebangsaan Amerika yang tak dikenalnya menyatakan masuk Islam setelah diam‑diam melakukan riset pengembangan khusus mengenai gerakan sujud.

Memperindah Postur

Gerakan‑gerakan dalam salat merupakan dasar dari peregangan (stretching). Intinya untuk melenturkan tubuh dan melancarkan peredaran darah. Keunggulan salat dibandingkan gerakan lainnya adalah salat menggerakan anggota tubuh lebih banyak, termasuk jari kaki dan tangan.

Sujud adalah latihan kekuatan untuk otot tertentu, termasuk otot dada. Saat sujud, beban tubuh bagian atas ditumpukan pada lengan hingga telapak tangan. Saat inilah kontraksi terjadi pada otot dada, bagian tubuh yang menjadi kebanggaan wanita. Payudara tak hanya menjadi lebih indah bentuknya tetapi juga memperbaiki fungsi kelenjar air susu di dalamnya.

Memudahkan Persalinan

Masih dalam pose sujud, manfaat lain bisa dinikmati kaum hawa. Saat pinggul dan pinggang terangkat melampaui kepala dan dada, otot‑otot perut (rectus abdominis dan obliquus abdominis externuus) berkontraksi penuh. Kondisi ini melatih organ di sekitar perut untuk mengejan lebih dalam dan lama. Ini menguntungkan wanita karena dalam persalinan dibutuhkan pernapasan yang baik dan kemampuan mengejan yang mencukupi. Bila, otot perut telah berkembang menjadi lebih besar dan kuat, maka secara alami ia justru lebih elastis. Kebiasaan sujud menyebabkan tubuh dapat mengembalikan serta mempertahankan organ‑organ perut pada tempatnya kembali (fiksasi).

Meningkatkan Kesuburan

Setelah sujud adalah gerakan duduk. Dalam salat ada dua macam sikap duduk, yaitu duduk iftirosy (tahiyyat awal) dan duduk tawarruk (tahiyyat akhir). Yang terpenting adalah turut berkontraksinya otot‑otot daerah perineum. Bagi wanita, inilah daerah paling terlindung karena terdapat tiga lubang, yaitu liang persenggamaan, dubur untuk melepas kotoran, dan saluran kemih.

Saat duduk tawarruk, tumit kaki kiri harus menekan daerah perineum. Punggung kaki harus diletakkan di atas telapak kaki kiri dan tumit kaki kanan harus menekan pangkal paha kanan. Pada posisi ini tumit kaki kiri akan memijit dan menekan daerah perineum. Tekanan lembut inilah yang memperbaiki organ reproduksi di daerah perineum.

Memperawet Muda

Pada dasarnya, seluruh gerakan salat bertujuan meremajakan tubuh. Jika tubuh lentur, kerusakan sel dan kulit sedikit terjadi. Apalagi jika dilakukan secara rutin, maka sel‑sel yang rusak dapat segera tergantikan. Regenerasi pun berlangsung lancar. Alhasil, tubuh senantiasa bugar.

Gerakan terakhir, yaitu salam dan menengok ke kiri dan kanan punya pengaruh besar pada ke­kencangan. kulit wajah. Gerakan ini tak ubahnya relaksasi wajah dan leher. Yang tak kalah pen­tingnya, gerakan ini menghin­darkan wanita dari serangan migrain dan sakit kepala lainnya
Subkhanallah atas karunia-Nya

HIDROTERAPI

HIDROTERAPI
Hidroterapi merupakan salah satu metode yang efektif dalam mengurangi rasa nyeri dan  dapat dilakukan dengan mudah. Istilah hidroterapi sendiri baru ada sekitar abad ke 19. Namun  air telah dimanfaatkan sebagai bagian dari metode penyembuhan sejak beberapa abad yang silam. Di zaman Yunani air dipercaya memiliki kekuatan penyembuhan dan di zaman keemasan Romawi telah memanfaatkan kolam air yang luas sebagai bagian kehidupan sehari-hari untuk kesehatan. Dalam sejarah dapat dikatakan bahwa : Antonius Musa merupakan “bapak dari hidroterapi” , pada zaman tersebut  dia diberi hadiah cincin emas , bebas dari pajak dan sejumlah besar uang setelah berhasil menyembuhkan penyakit liver kaisar Augustus dengan menganjurkan berendam di kolam yang dingin.
Beberapa prinsip dasar dari hidroterapi ini adalah :
1. Aplikasi dingin dapat membantu mengurangi ujung saraf  bebas yang sensitif terhadap nyeri dan dapat mengurangi reaksi inflamasi yang menyertainya.
2. Aplikasi dingin dan panas dapat mengurangi reaksi kongesti atau pembengkakkan yang mengakibatkan nyeri dan kekakuan .
3. Aplikasi dingin yang agak lama dapat mengurangi kecepatan aliran darah sehingga dapat mencegah timbulnya reaksi memar.
4. Uap air hangat dapat membantu mengurangi nyeri dada dan sumbatan sinus.
5. Aplikasi panas  dapat mengakibatkan dilatasi atau membukanya aliran darah yang mengakibatkan relaksasi dari otot.
6. Aplikasi dingin sesaat pada awalnya menyempitkan pembuluh darah, mengurangi aliran darah, dan jaringan yang bengkak dan meningkatkan aliran darah pada organ dalam.  Setelah Aplikasi dingin sesaat  pembuluh darah terbuka dan jaringan dipenuhi oleh darah yang mengandung banyak oksigen.
7. Aplikasi panas dan dingin yang bergantian dapat meningkatkan drainase dan oksigenasi ke jaringan.
8. Aturan umum pula , selalu kompres dingin dahulu kemudian dilanjutkan dengan kompres panas dan diakhiri dengan kompres dingin.
9.  Aplikasi dingin yang lama dapat menekan sirkulasi dan metabolisme.
10.Aplikasi panas yang terlalu lama dapat membuat kongesti/ sumbatan dan membutuhkan aplikasi dingin untuk memperbaikinya.
11. Kompres panas singkat ( kurang dari 5 menit ) dapat menstimulasi sirkulasi, tetapi kompres yang terlalu lama dapat menekan sirkulasi dan metabolisme secara drastis.
12. Pasien dengan sirkulasi yang tidak baik atau vitalitas yang rendah sebaiknya tidak diberikan aplikasi panas atau dingin tetapi lebih baik aplikasi hangat atau  sejuk.
13. Hindari pengobatan dengan hidroterapi setelah makan. Berilah rentang waktu satu setengah jam setelah makan.
14. Kompres dapat menggunakan handuk kecil yang direndam dahulu di air panas/ hangat/ sejuk/ dingin. Dapat pula meletakkan batu es diantara handuk bila Anda ingin kompres dingin. Sebaiknya handuk dibilas dahulu sebelum digunakan ulang karena sudah menyerap sisa metabolisme dari tubuh.
15. Pada Hidroterapi ada beberapa reflek yang saling berhubungan antara tempat kompres  dan organ yang dipengaruhinya. Beberapa diantaranya :
Kulit di telapak kaki dan tangan berhubungan dengan sirkulasi di kepala, dada dan organ di panggul ( seperti kandung kemih, organ reproduksi, prostat ).
Kulit di bagian dada sebelah bawah berhubungan dengan ginjal.
Kulit di muka berhubungan dengan  pembuluh darah di kepala.
Kulit di dasar leher belakang berhubungan dengan mukosa hidung ( hal ini yang menyebabkan kenapa kompres dingin di leher dapat menghentikan hidung yang berair).
Hubungan –hubungan itu bisa dilihat pada gambar berikut.
16. Berendam di air yang hampir sama dengan suhu tubuh ( 33 – 36 derajat C ) dapat membantu merilekskan otot-otot dan sistem saraf. Anda dapat berendam selama 30 menit sampai 4 jam. Semakin lama anda berendam semakin baik ,sampai anda merasa rileks. Setelah anda berendam keringkan tubuh dengan cepat .
17. Berendam di air panas ( 38 derajat celcius ) dapat membantu mengurangi kekakuan otot dan sendi, meningkatkan sirkulasi pada jaringan kulit dan di bawah kulit, dapat membantu mengurangi rasa nyeri umum akibat artritis. Sedangkan berendam di air dingin dapat meningkatkan aliran darah ke organ dalam dan mengurangi reaksi inflamasi.
18. Pada pengobatan hidroterapi , temperatur dibagi menjadi beberapa bagian yaitu :
Panas                            :  36 – 40 derajat C
Hangat                           :  34 – 36 derajat C
Hangat kuku/suam          :  26 – 33 derajat C
Sejuk                             :  18 – 26  derajat C
Dingin                            :  12 – 18  derajat C
Pijat dengan es
Pijat dengan es dapat dilakukan pada semua cedera otot, peradangan dan pembengkakan di sendi, sakit kepala dan wasir , kecuali pada keadaan dimana rasa dingin dapat menambah nyeri yang anda rasakan. Laporan di Boston Pain Clinic menyatakan bahwa setelah dipijat dengan es sekitar 78 % pasien tidak merasakan nyeri selama 4 jam  Anda dapat membuat butiran-butiran es batu yang dimasukkan dalam handuk tipis kemudian masukkan dalam plastik tertutup. Dapat ditekan didaerah nyeri selama 30 menit dan dapat  diulang setiap 1 jam. Anda dapat juga  menggunakan kaleng softdrink yang di dinginkan di kulkas untuk menekan daerah yang nyeri. Setelah Anda merasa baal / tebal , secepatnya es diangkat dari kulit anda.
Kompres dengan arang aktif
Anda dapat menggunakan 3 sendok makan bubuk arang dimasukkan dalam 1 cangkir air kemudian direbus. Dalam keadaan hangat dapat dikompreskan pada daerah yang nyeri . Biasanya nyeri akan berkurang dalam jangka waktu 5 sampai 10 menit.  Kompres ini sangat bersifat antiseptik dan menyerap bahan yang toksik. Kompres ini sangat ideal untuk mengurangi rasa nyeri pada sendi dan gigitan / sengatan serangga.
Kompres dingin  dan panas bergantian
Metode ini  merupakan pengobatan standar pada hidroterapi. Kompres dapat dilakukan seluruh tubuh. Anda berbaring dalam posisi terlentang , pertama-tama digunakan kompres panas dengan  handuk yang sebelumnya dicelup dengan air panas kemudian dilapisi lagi dengan selimut. Setelah 20 menit kemudian ganti dengan handuk dingin ( yang telah dicelup dengan air dingin ) . Tubuh kita akan bereaksi dengan perubahan temperatur ini dengan meningkatkan aliran darah ke organ dalam sehingga tidak hanya meningkatkan sirkulasi tapi juga menstimulasi sistem kekebalan tubuh . Anda dapat pula menerapkan metode ini pada daerah tubuh tertentu.

 
Raden Mas Fauzie

Buat Lencana Anda