Saya Fisioterapis



Pages

cari-cari

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASIEN DENGAN MYOKARD INFARK (MI)

Jumat, 24 Juni 2011


PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASIEN DENGAN MYOKARD INFARK (MI)

I. PENDAHULUAN


A. Definisi

Miokard Infark/ Myocard Infarc (MI) dikenal juga dengan suatu serangan jantung (heart attack) merupakan keadaan nekrosis atau matinya otot jantung akibat sumbatan berupa bekuan darah pada arteri coronaria (Kulick Daniel dan Lee Dennis, 2010). Sumbatan pada arteri koronaria mengganggu aliran darah dan oksigen ke otot jantung sehingga menyebabkan injuri pada otot jantung. Jika aliran darah ke otot jantung tidak lancar dalam 20 sampai 40 menit, akan terjadi kematian jantung ireversibel. Selanjutnya otot jantung akan mati dalam enam sampai delapan jam yang menyebabkan serangan jantung (heart attack). Otot jantung yang mati akhirnya digantikan oleh scar tissue.

Dalam pemahaman yang serupa Fenton, Drew (2009) mendefinisikan miokard infark sebagai nekrosis miokardium yang disebabkan oleh ketidakseimbangan yang kritis antara suplai oksigen dan kebutuhan dari miokardium. Dapat disimpulkan secara sederhana bahwa miokard infark adalah nekrosis miokard akibat gangguan aliran darah ke otot jantung.


B. Prevalensi

Miokard Infark merupakan bagian dari jenis penyakit jantung iskemik yang paling sering terjadi di negara industri. Di Amerika Serikat, diperkirakan 1,5 juta orang menderita miokard infark per tahun, dengan kematian sekitar 500.000. Pada kasus yang fatal, hampir separuh pasien meninggal sebelum sampai ke rumah sakit (Kumar, Cotran, Robbins, 2007). Di tanah air Indonesia angka kejadian penyakit jantung secara umum terus meningkat. Bahkan pada tahun 2000, penyakit jantung telah menjadi penyebab kematian nomor satu di Indonesia (Ulfah Anna, 2000).

Insiden miokard infark meningkat sesuai penambahan usia, dan lebih sering pada usia lebih dari 45 tahun. Kumar, Cotran, Robbins (2007) mengatakan bahwa laki-laki memiliki kemungkinan terkena miokard infark empat sampai lima kali dibandingkan perempuan.


C. Etiologi dan Faktor Resiko

Menurut Fenton Drew (2009), penyebab yang paling sering dari miokard infark adalah plak atherosclerosis pada arteri koronaria diikuti spasme arteri dan pembentukan thrombus. Bolooki H Michael dan Bajzer Christopher (2010) mengungkapkan bahwa terdapat enam faktor resiko utama yang berkaitan dengan perkembangan kondisi aterosklerotik arteri koroner yakni ; level kolesterol darah yang tinggi (hyperlipidemia), diabetes mellitus, hipertensi, perokok, jenis kelamin pria dan riwayat keluarga dengan penyakit jantung.


D. Patogenesis

Nekrosis mikardium dimulai 20 sampai 40 menit oklusi arteri koronaria, dan dimulai pada regio endokardium. Dalam keadaan normal region ini merupakan bagian yang paling terakhir menerima darah dari cabang arteri koronaria epikardium. Zona nekrosis meluas ke arah eksternal dalam beberapa jam kemudian sehingga mengenai daerah mid- dan sub- epikardium miokardium. Infark biasanya mencapai ukuran penuh dalam tiga sampai enam jam. Seiring dengan waktu, gelombang kematian sel bergerak dari daerah sub endokardium ke seluruh ketebalan ventrikel (Kumar, Cotran, Robbins, 2007).

Ukuran infark dipengaruhi oleh beberapa faktor. Secara umum, oklusi segmen arteri koronaria yang lebih proksimal menimbulkan infark yang lebih besar, mengenai seluruh ketebalan miokardium. Sebaliknya, thrombus di cabang arteri yang lebih distal cenderung menyebabkan infark yang lebih kecil (Kumar, Cotran, Robbins, 2007).





E. Tanda dan Gejala

Menurut Bolooki H Michael dan Bajzer Christopher (2010), beberapa karakteristik gejala pada kondisi miokard infark adalah :

- Nyeri dada substernum.

Nyeri ini digambarkan seperti ditekan (pressure sensation), terasa penuh (fullness), sesak atau diremas-remas (squeezing sensation). Nyeri dapat dirasakan menyebar ke leher, rahang, epigastrium, bahu, lengan kiri dan bagian punggung.

- Dyspnea

- Ketidaknyamanan pada epigastrium (mual) tanpa dan disertai muntah

- Berkeringat (diaphoresis)

- Merasa lemah dan pingsan

Pada sekitar 50% pasien, miokard infark didahului oleh serangan-serangan angina pectoris. Namun berbeda dengan nyeri pada angina pectoris, nyeri pada miokard infark biasanya berlangsung beberapa jam sampai hari. Sebagian kecil pasien miokard infark tidak merasakan nyeri dada. Miokard infark “silent” ini terutama terjadi pada pasien dengan diabetes mellitus, hipertensi serta pada pasien berusia lanjut (Kumar, Cotran, Robbins, 2007).


F. Pemeriksaan dan Diagnosis

Dalam mengidentifikasi kondisi miokard infark diperlukan beberapa pemeriksaan meliputi Pemeriksaan Fisik, Elektrokardiografik (EKG) dan Tes Darah melalui Laboratorium.

1. Pemeriksaan Fisik (Baliga dan Julian, 2005)

- Dalam keadaan akut melalui inspeksi pasien terlihat cemas, sedih dan gelisah

- Pasien merasa nyeri dada

- Sesak napas

- Wajah terlihat pucat dan berkeringat

- Tekanan vena jugularis biasanya normal atau sedikit meningkat pada kondisi akut

- Tachyarrhythmias atau Bradycardia

- Tekanan darah biasanya menurun dan akan kembali normal secara perlahan selang 2 sampai 3 minggu. Hipertensi yang sifatnya sementara (transient hypertension) dapat terjadi akibat nyeri yang intens.

- Bunyi jantung ketiga sering terdengar jika terjadi gagal jantung atau syok

- Bunyi ke empat (atrial sound) dapat didengar pada sebagian besar pasien

- Demam jarang mencapai 38°C pada 24 jam awal serangan.

2. Pemeriksaan Elektrokardiografik

Kelainan elektrokardiografik merupakan manifestasi penting pada miokard infark. Elektrokardiografik merekam aktivitas elektrik dari jantung. Bolooki H Michael dan Bajzer Christopher (2010) mengungkapkan bahwa kelainan pada miokard infark diantaranya mencakup perubahan segmen S-T yakni ada tidaknya elevasi, yang dikenal dengan STEMI (ST-elevation MI) dan NSTEMI (non-ST-elevation-MI). Kumar, Cotran, Robbins (2007) menambahkan bahwa manifestasi kelainan miokard infark pada elektrokardiografi mencakup perubahan gelombang Q dan inversi gelombang T. Fenton, Drew (2009) menambahkan pemeriksaan penunjang lainnya dalam identifikasi miokard infark yaitu radiografi dada seperti echocardiografi. Pemeriksaan ini dapat mengidentifikasi komplikasi miokard infark seperti insufisiensi valvular, disfungsi ventrikular dan pericardial effusion.

3. Pemeriksaan Laboratorium

Evaluasi laboratorium merupakan bagian integral dalam penatalaksanaan klinis pasien yang dicurigai mengidap miokard infark. Berbagai penanda miokardium yang digunakan untuk memantau miokard infark adalah sebagai berikut :

a) Kreatin kinase (CK) adalah suatu enzim yang terkonsentrasi di otak, miokardium dan otot rangka. Enzim tersebut terdiri dari dua dimer yang dinamai “M” dan “B”. CK-MM terutama berasal dari otot rangka dan jantung; CK-BB dari otak, paru dan banyak jaringan lain; dan CK-MB terutama dari miokardium, walaupun bentuk ini juga terdapat di otot rangka dalam jumlah bervariasi (Kumar, Cotran, Robbins, 2007).

Menurut Sutedjo, AY (2008), nilai normal CK adalah sebagai berikut :

Dewasa pria : 5-35 Ug/ml atau 30-180 IU/L

Wanita : 5-25 Ug/ml atau 25-150 IU/L

Anak laki-laki : 0-70 IU/L

Anak wanita : 0-50 IU/L

Bayi baru lahir : 65-580 IU/L

Aktivitas CK total mulai meningkat dalam 2 sampai 4 jam setelah onset miokard infark, memuncak pada 24 jam, dan kembali ke normal dalam waktu sekitar 72 jam. Spesifisitas untuk mendeteksi miokard infark ditingkatkan dengan mengukur fraksi CK-MB. Jumlah CK-MB relative terhadap CK total jauh lebih tinggi pada miokard infark daripada penyakit lain yang CK-nya meningkat (Kumar, Cotran, Robbins, 2007).

b) Troponin adalah sekelompok protein yang ditemukan pada otot rangka dan jantung manusia. Protein ini mengendalikan kontraksi otot yang diperantarai oleh kalsium. Dengan menggunakan pemeriksaan imunologik yang sensitive, dapat dibedakan troponin T (cTnT) dan troponin I (cTnI) jantung dari troponin yang berasal dari otot rangka (Kumar, Cotran, Robbins, 2007).

Menurut Sutedjo, AY (2008), nilai normal troponin adalah < 0,16 μg/L.

Setelah miokard infark akut, kadar cTnT dan cTnI meningkat pada waktu yang hampir sama dengan CK-MB. Kadar troponin tetap tinggi selama empat sampai tujuh hari setelah proses akut.

c) Laktat Dehidrogenase (LD) adalah enzim miokardium lain yang dahulu digunakan secara luas untuk mengevaluasi kasus yang dicurigai miokard infark. Dengan diperkenalkannya pemeriksaan troponin, pengukuran kadar LD untuk diagnosis miokard infark umumnya ditinggalkan (Kumar, Cotran, Robbins, 2007). Menurut Sutedjo, AY (2008), nilai normal laktat dehidrogenase adalah 80-240 U/L.


d) SGOT (Serum Glutamik Oksaloasetik Transaminase). Sutedjo, AY (2008) mengungkapkan bahwa selain ketiga unsur di atas, enzim SGOT pada infark jantung akan meningkat setelah 12 jam dan mencapai puncak setelah 24-36 jam kemudian. Selanjutnya enzim ini akan kembali normal pada hari ketiga sampai hari kelima. Nilai normalnya adalah:

Laki-laki sampai dengan 37 U/L

Wanita sampai dengan 31 U/L


G. Differential Diagnosis

Beberapa differential diagnosis berkaitan dengan miokard infark adalah Aortic Stenosis, Myocarditis, dan Congestive Heart Failure (Fenton Drew, 2009).


H. Komplikasi

Menurut Kulick Daniel dan Lee Dennis (2010), komplikasi yang dapat terjadi akibat miokard infark adalah gagal jantung. Apabila sejumlah besar otot jantung nekrosis, kemampuan jantung untuk memompa darah berkurang dan dapat menyebabkan gagal jantung. Komplikasi lain yang dapat terjadi adalah ventricular fibrillation. Fibrilasi ventricular terjadi ketika aktivitas elektrik dari kontraksi otot jantung yang normal dan regular digantikan oleh aktivitas elektrik yang kacau atau semrawut, menyebabkan jantung berhenti berdenyut dan memompa darah ke otak serta bagian tubuh lainnya.

Dalam wikipedia (2010), komplikasi lain yang dapat terjadi pada kondisi miokard infark adalah myocardial rupture, arrhythmia, pericarditis, dan cardiogenic shock.


I. Prognosis

Prognosis post miokard infark sangat bervariasi, bergantung pada kesehatan individu, kerusakan jantung yang terjadi dan pengobatan yang diberikan. Pada periode 2005 – 2008 di Amerika Serikat angka kematian pada 30 hari mencapai 16,6%. Salah satu penelitian menemukan bahwa 0,4% pasien yang berisiko rendah meninggal setelah 90 hari dan pasien yang beresiko tinggi sebesar 21,1%. Prognosis memburuk secara signifikan jika terjadi komplikasi mekanikal seperti rupture dinding miokardial (wikipedia, 2010).


J. Pengobatan

Menurut Fenton, Drew (2009), tujuan pengobatan pada kondisi miokard infark adalah mengembalikan keseimbangan suplai oksigen dan kebutuhan tubuh untuk mencegah iskemik lebih lanjut, mengurangi nyeri dan pencegahan serta pengobatan komplikasi. Beberapa jenis pengobatan yang diberikan pada penderita miokard infark adalah :

1. Obat-obatan, antara lain : antikoagulan dan antiplatelet (misalnya : aspirin), nitroglycerin, beta blocker, analgesik (misalnya : morfin sulfat), ACE inhibitor, supplemental oxygen, dan glycoprotein (GP) IIb/IIIa-receptor antagonist.

2. Fibrinolitics Therapy

3. Percutaneous Coronary Intervention (PCI), yaitu pengobatan yang bertujuan melebarkan arteri koronaria yang menyempit tanpa melakukan operasi. PCI meliputi : balloon catheter angioplasty dan stenting.

4. Surgical Revascularization, yakni pengembalian aliran darah lewat emergency CABG (Coronary Artery Bypass Grafting).

5. Healty Lifestyle (gaya hidup sehat).


K. Fisioterapi

Menurut Thompson, Ann (1991), dalam menyusun program penatalaksanaan fisioterapi pada kondisi jantung perlu diperhatikan beberapa hal penting yaitu : faktor usia, pekerjaan, riwayat penyakit, keadaan mental, keadaan jantung, dan keparahan penyakit.

Tanda–tanda dan gejala yang perlu perhatian khusus dalam memberikan rehabilitasi pasien gangguan jantung adalah: dyspnea, denyut nadi, nyeri dada, kelelahan, pusing, kram dan elektrokardiogram yang abnormal.

Hal–hal yang perlu dinilai selama program latihan terhadap pasien dengan gangguan jantung adalah : tekanan darah, denyut nadi, pernafasan dan electrocardiogram monitoring.

Mackinnon, Laurel et al. (2003) mengungkapkan bahwa latihan (exercise) yang dilakukan secara teratur memiliki efek positif terhadap fungsi kardiovaskuler yakni :

- Meningkatkan stroke volume dan ejection fraction

- Meningkatkan fungsi otot jantung dengan mengurangi “ afterload”

- Mengurangi kebutuhan oksigen otot jantung dengan menurunkan tekanan darah dan denyut jantung pada waktu istirahat dan selama latihan sub maksimal

- Mengurangi viskositas darah dan agregasi platelet

- Meningkatkan kepadatan kapiler pada otot skelet

- Menurunkan sirkulasi catecholamine selama latihan sub maksimal

Secara khusus pada kondisi miokard infark, latihan secara teratur memiliki efek anti trombosis (misalnya menghambat pembentukan bekuan darah) dengan mengurangi viskositas darah dan menghambat agregasi platelet.

Program fisioterapi dapat dibagi berdasarkan lima masa atau periode yaitu :

1. Complete bed rest sampai hari ke-2

2. Parsial bed rest sampai hari ke-4

3. Di rumah sakit mulai hari ke empat sampai 2 minggu. Total di rumah sakit 2 sampai 3 minggu.

4. Setelah keluar dari rumah sakit (3 - 12 minggu).

5. Rehabilitasi rawat jalan (3 sampai 9 bulan).

Complete Bed Rest

Pada fase ini tujuan penatalaksanaan fisioterapi adalah :

1. Mencegah akumulasi cairan atau lendir pada paru–paru.

2. Mencegah deep vein thrombosis.

3. Mengajari dan memotivasi pasien untuk rileksasi.

4. Mencegah pressure sores.

5. Menjelaskan tujuan program latihan aktif.

Tekhnik yang dilakukan adalah :

1. Latihan rileksasi

2. Latihan pernafasan

3. Latihan gerakan pasif

4. Latihan aktif


Contoh program secara sistematis :

1. Rileksasi

Pasien dalam posisi lying atau half lying dan diinstruksikan untuk menekan shoulder ke tempat tidur kemudian kembali ke posisi semula untuk mendapatkan rileksasi otot-otot shoulder girdle; atau dinstruksikan untuk stretch jari-jari, tangan menekan ke tempat tidur, kemudian kembali ke posisi semula.

2. Latihan Pernafasan

Bilateral Basal breathing mengajarkan kepada pasien untuk menggunakan basis paru dengan pola respirasi yang normal. Tidak diberikan force baik pada inspirasi maupun ekspirasi yang dapat meningkatkan beban jantung. Mengajarkan pasien untuk respirasi secara pelan ( tidak diberikan force) akan meningkatkan oksigenasi darah sehingga menurunkan kebutuhan/permintaan jantung.

3. Gerakan aktif (Posisi lying atau half lying)

a. Jari-jari kaki dan pergelangan kaki ditekuk dan stretching, 5 kali pengulangan.

b. Salah satu kaki berputar ke arah luar dan dalam, 5 kali pengulangan.

c. Ulangi dengan kaki lainnya, 5 kali pengulangan.

d. Jari-jari tangan dilipat dan stretching, 5 kali pengulangan.

e. Pergelangan tangan ditekuk dan stretching, 5 kali pengulangan.

4. Latihan Pernafasan

Anterior basal expansion (Pengembangan bagian anterior basal) dengan pola yang normal, 3 kali pengulangan.

5. Gerakan Pasif (Posisi lying atau half lying)

a. Salah satu hip dan knee ditekuk dan stretching, 1 kali pengulangan.

b. Salah satu tungkai diputar ke dalam dan ke luar, 1 kali pengulangan.

c. Salah satu tungkai dibuka ke arah samping kemudian kembali ke posisi semula, 1 kali pengulangan kemudian ulangi pada tungkai lainnya.

d. Salah satu elbow di bengokkan dan stretching, 1 kali pengulangan.

e. Salah satu lengan membuka ke arah samping kemudian kembali ke posisi semula, 1 kali pengulangan kemudian ulangi pada lengan lainnya.

Gerakan ini akan memelihara Range of Motion (ROM) dan dilakukan secara perlahan sejauh ROM yang dapat dicapai pasien.

6. Latihan Pernafasan

Pengembangan bagian posterior basal pada pola yang normal, 3 kali pengulangan.

7. Gerakan Pasif

Pasien dalam posisi terlentang jika memungkinkan, salah satu hip dan knee ditekuk dan stretching, 5 kali pengulangan kemudian ulangi dengan hip dan knee tungkai lainnya.

Gerakan ini bertujuan untuk menjaga sirkulasi dan mencegah deep vein thrombosis.

8. Rileksasi

Dilakukan rileksasi seperti pada awal program. Pada treatment hari ke-2, gerakan pasif dan/atau aktif dapat ditingkatkan dengan 1 repetisi/pengulangan.


Partial Bed Rest

Pasien telah duduk selama 1-2 jam per hari. Makan, membersihkan diri dan penggunaan kamar kecil dibolehkan.

Tujuan Fisioterapi adalah :

1. Mempertahankan kebersihan lapangan paru.

2. Mengajarkan pasien untuk mengenali tanda dan gejala latihan yang berlebihan.

3. Memulai membangun kepercayaan diri pasien.

4. Melatih kesadaran/adaptasi postural.

5. Meningkatkan kekuatan otot tungkai dan trunk.

Contoh Program :

1. Half lying, rileksasi 5 kali pengulangan.

2. Latihan bernafas dengan posterior basal breathing, 3 kali pengulangan.

3. Half lying atau lying, dilakukan plantar dan dorsi fleksi kedua pergelangan kaki secara bergantian 5 kali pengulangan, kemudian memutar pergelangan kaki 5 kali pengulangan setiap arah, statik kontraksi quadriceps yang ditahan sekitar 5 hitungan dan 3 kali pengulangan, static kontraksi gluteal yang ditahan sekitar 5 hitungan dan 3 kali pengulangan.

4. Diafragmatik breathing (anterior basal breathing).

5. Duduk, koreksi postur.

6. Duduk, lengan ditekuk , stretching ke atas, ditekuk lagi kemudian stretching ke bawah, 10 kali pengulangan.

7. Half lying, lateral basal breathing.

8. Lying, salah satu hip dan knee ditekuk dan stretching 3 kali pengulangan kemudian ulangi pada tungkai lainnya 3 kali pengulangan. Selanjutnya buka salah satu tungkai ke samping kemudian kembalikan ke posisi semula 3 kali pengulangan, dan ulangi pada tungkai lainnya.

9. Lying, rileksasi + koreksi postur.

10. Crook lying; kepala dan shoulder menekan ke arah belakang dan ditahan selama 5 hitungan dan 3 kali pengulangan.

Progress Latihan dicapai dengan :

- Menambah 1 repetisi pada tiap jenis latihan.

- Menginstruksikan pasien untuk mengulangi latihan jari-jari dan kaki 4 kali sehari.

- Tambahkan latihan seperti menggerakkan atau memutar trunk dari salah satu sisi ke sisi lainnya.

- Tambahkan berjalan sedikit di sekitar tempat tidur.

Dalam pelaksanaan program, fisioterapis menjelaskan tujuan peningkatan latihan yang diberikan. Sebelum dan sesudah program, pasien diajarkan untuk mengenali tanda-tanda peringatan dari latihan yang berlebihan (nyeri dada, kelelahan, pusing dan kram).


Selama di Rumah Sakit

Pasien diijinkan untuk mandi, makan, ke toilet dan mandi dengan pengawasan. Pada fase ini kadang pasien sebaiknya berpakaian seperti pakaian yang dipakai di rumah setiap hari.

Tujuan fisioterapi adalah:

1. Melanjutkan peningkatan hipertropi otot jantung untuk menguatkan trunk dan otot-otot tungkai.

2. Melanjutkan upaya peningkatan kepercayaan diri pasien.

3. Meningkatkan toleransi latihan.

4. Mengajarkan kesadaran dan kepekaan pada kapasitas latihan.

Contoh Program :

1. Hentikan rileksasi secara formal tapi ingatkan pasien akan kebutuhan merilekskan leher dan shoulder girdle.

2. Hentikan latihan pernafasan secara segmental.

3. Hentikan latihan segmental pada lengan dan tungkai, dan pasien sebaiknya melakukan latihan pada kaki dan pergelangan kaki 2 kali setiap hari.

4. Stride Standing (Berdiri dengan berpegangan pada kursi atau pinggiran tempat tidur). Hip dan knee ditekuk kemudian distretching, 5 kali pengulangan.

5. Berdiri, lengan meraih ke depan, ke atas dan ke bawah, 5 kali pengulangan.

6. Berdiri dengan berpegang pada kursi atau pinggiran tempat tidur, salah satu hip dan knee ditekuk kemudian distretching ke belakang, 5 kali pengulangan dan diulangi dengan tungkai lainnya.

7. Berdiri, pastikan posturnya tegak kemudian berjalan dengan jarak pendek yang secara bertahap ditingkatkan sampai mengelilingi ruangan atau bangsal rumah sakit, 3 kali pengulangan. Lengan diupayakan bebas bergerak.

8. Duduk, latihan pernafasan secara general, 3 kali pengulangan.

9. Duduk, trunk dibengkokkan dari sisi kiri ke kanan atau sebaliknya, 3 kali pengulangan.

10. Duduk, trunk diputar dari sisi kiri ke kanan atau sebaliknya, 3 kali pengulangan.

11. Setiap latihan ditingkatkan dengan menambah 1 kali pengulangan setiap harinya. Kira-kira pertengahan minggu kedua :

- Berjalan naik dan turun tangga pada 1 anak tangga. Peningkatannya latihan dilakukan pada 2 anak tangga.

- Berpakaian dan berjalan ke taman atau toko yang ada di rumah sakit.

12. Peningkatan kepercayaan diri pasien :

- Pasien merasa lebih sehat sepanjang hari menggunakan pakaian sehari-hari.

- Pasien diijinkan untuk aktivitas seperti pergi ke toko yang ada di rumah sakit, membantu keperluan pasien lainnya.

Pemantauan kapasitas latihan :

Diskusikan dengan pasien indikasi untuk istirahat atau menghentikan latihan bila timbul tanda dan gejala seperti dyspnea, nyeri dada atau sesak, denyut jantung meningkat dan merasa pusing.


Setelah Keluar Dari Rumah Sakit

Pasien sebaiknya meninggalkan rumah sakit dengan instruksi seorang spesialis kardiologi untuk pengaturan aktivitas di rumah (home management). Contohnya, pasien disarankan untuk istirahat pada malam hari selama 8-10 jam dan sore hari selama 1-2 jam. Biasanya pasien disarankan untuk tidak mengendarai kendaraan sebelum 4-8 minggu setelah keluar dari rumah sakit.






Rehabilitasi Rawat Jalan

Rehabilitasi setelah keluar dari rumah sakit biasanya dilakukan secara grup atau aktivitas di gymnasium. Pasien dapat bertemu dengan sesama penderita dalam grup tersebut.


Tujuan fisioterapi :

1. Meningkatkan toleransi latihan.

2. Mempertahankan dan meningkatkan kepercayaan diri.

3. Memberikan support dan motivasi.

4. Membantu mengurangi faktor resiko dan kemungkinan berulangnya serangan jantung.

Contoh latihan untuk meningkatkan toleransi latihan dan kepercayaan diri :

1. Dilakukan pemanasan sebelum latihan dengan gerakan seperti :

- Duduk, lengan diayunkan ke depan dan belakang, 10 kali pengulangan.

- Duduk, lutut dibengkokkan dan diluruskan, 5 kali pengulangan setiap tungkai.

- Duduk, trunk diputar ke salah satu sisi dengan gerakan lengan bebas, 5 kali pengulangan untuk setiap sisi.

2. Berdiri, salah satu tungkai diayunkan ke depan dan belakang, 10 kali pengulangan dan diulangi pada tungkai lainnya.

3. Berdiri, trunk dibengkokkan kemudian lengan kanan menyentuh lutut kiri dan kembali ke posisi semula, ulangi dengan lengan kiri menyentuh lutut kanan, 10 kali pengulangan masing-masing gerakan.

4. Berbaring, hip dan knee secara bergantian dibengkokkan dan diluruskan, 10 kali pengulangan.

5. Duduk berhadapan dengan pasien lainnya kemudian saling melempar dan mengambil bola, dilakukan selama 2 menit.

6. Berdiri, naik dan turun pada stool yang rendah selama 2 menit.

7. Berdiri, lengan distretch ke depan dengan permukaan tangan pada dinding, 20 kali pengulangan.

8. Duduk, berdiri dan duduk kembali, 10 kali pengulangan.

9. Duduk, genggam tongkat dan angkat sampai agak ke belakang dari shoulder kemudian trunk diputar dari sisi kiri ke kanan atau sebaliknya, 10 kali pengulangan.

10. Crook lying, pelvis diangkat dan turunkan kembali, 5 kali pengulangan.

Latihan-latihan tersebut hanya membutuhkan peralatan yang sederhana dan dapat diadopsi untuk dijadikan latihan di rumah.

III. PENUTUP

Miokard infark adalah gangguan jantung berupa nekrosis miokardium yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan dari miokardium. Berbagai faktor resiko yang sebagian besar muncul dari pola hidup tidak sehat dapat menimbulkan gangguan pada jantung. Kondisi ini merupakan penyebab kematian yang cukup tinggi sehingga perlu mendapat perhatian yang serius, mulai dari pencegahan, pengobatan sampai rehabilitasi yang melibatkan kerjasama berbagai elemen profesi kesehatan secara khusus. Peranan fisioterapi dalam rehabilitasi miokard infark dapat dilakukan melalui latihan (exercise) secara bertahap sesuai kondisi pasien. Latihan yang dilakukan secara benar dan teratur, memperhatikan berbagai hal vital terkait kondisi pasien diharapkan mampu memberikan manfaat bagi pasien dalam proses penyembuhan sehingga pasien dapat kembali melaksanakan aktivitas sehari-hari. Melalui penanganan yang komprehensif dan sistematis, kualitas hidup pasien dapat ditingkatkan secara optimal.











DAFTAR PUSTAKA


Baliga, Ragavendra.2005. Cardiology. Elesevier Mosby. Philadelphia

Bolooki H Michael dan Bajzer Christopher. 2010. Acute Myocardial Infarction. Diakses tanggal 15 Mei dari http://www.clevelandclinicmeded.com

Fenton, Drew. 2009. Myocardial Infarction. Diakses tanggal 15 Mei dari http://emedicine.medscape.com

Julian, Desmond. Cowan, J. McLenachan, James. 2005. Cardiology (8th ed). Elsevier Saunders. USA

Kulick Daniel dan Lee Dennis. 2010. Heart Attack (Myocardial Infarction). Diakses tanggal 15 Mei dari http://www.medicinenet.com

Kumar, Cotran, Robbins. 2007. Buku Ajar Patologi, volume 2 (edisi 7). EGC. Jakarta

Mackinnon, Laurel. Ritchie, Carrie et al. 2003. Exercise Management, Concepts and Professional Practice. Human Kinetics. USA

Sutedjo, AY. 2008. Buku Saku Mengenal Penyakit Melalui HasilPemeriksaan Laboratorium. Amara Books. Yogyakarta

Thompson, Ann.1991. Tidy’s Physiotherapy. Twelfth edition. Butterworth Heinemann. Oxford

 
Raden Mas Fauzie

Buat Lencana Anda